JAKARTA, Bisnistoday – Pemimpin organisasi mulai dari UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) hingga perusahaan besar atau raksasa, bahkan lembaga pemerintahan harus mampu memberikan impact to others. Pemimpin yang mampu memberikan impact ini tidak banyak dan tidak mudah diraih di era dunia penuh tantangan BANI (Brittle, Anxious, Non Linier, incomprehensible).
Maka berhati-hatilah, dalam waktu dekat banyak suasana baru bakal terjadi, setelah pemimpin baru, gubernur, walikota baru, CEO baru, manajerial baru dan lainya. Apabila kepemimpinan tidak berjalan dengan baik maka akan terjadi kerapuhan tersembunyi. Pemimpin juga akan melengkapi dengan orang yang pantas dan diharapkan juga berkualitas.
Berbagai pejabat yang hadir di Rumah Perubahan, telah diwawancari, dan pemikiranya telah dipetakan. Tentu, mengelola organisasi besar seperti lembaga, kementerian atau perusahaan besar tidak sama mengurus UMKM. Organisasi bersar tentu memiliki dampak dan memiliki anggaran besar.
Pengelolaan level UMKM hanya fokus untuk tujuan shot term, yang mengutamakan stabilitas ekonomi, keuntungan atau return, serta bagaimana bisa usahanya bisa membanggakan. UMKM itu pengelolaanya bersifat mikro, maka kalau perusahaan semakin besar akan semakin berdampak kepada sosial. Jadi pemimpin lembaga itu harus memiliki impact.
Untuk menjadi perusahaan atau lembaga besar harus melalui berbagai tahapan. Apabila dengan omzet relative kecil bisa jadi perusahaan besar. Paling mendasar dilakukan adalah basic, yakni perusahaan stabil, nyaman, terkendali, karyawan mendapatkan imbalan layak.
Kemudian yang dilakukan adalah menciptakan value, yang bisa merekatkan diantaranya, dan akan didapat semacam self esteem, kebanggaan, loyalitas. Bagaimana bisa bergabung di perusahaan ternama di Toyota, Astra, memiliki rasa percaya diri. Perubahan ini bisa menjadi sebuah power house.
Power house bisa datang dari perusahaan swasta, yang beromzet besar atau triliuan rupiah. Bahkan, omzetnya bisa menyamai anggaran lembaga atau kementerian. Pendek kata, bahwa power house sebagai lokomotif ekonomi suatu bangsa.
Entitas Berpengaruh
Mendegar Korea, akan ada perusahaan Samsung, Hyundai, dan Tiongkok seperti Alibaba, Huawei yang memiliki dampak besar. Apabila Samsung terjadi demam, maka dampaknya terhadap negara Korea akan terjadi Misalnya di Jepang, ada Toyota, seperti di Amerika Serikat.Perusahaan raksasa ini, merupakna lokomotif perekonomian bangsa dan berdampak besar.
Seperti dikatakan, kalau saja Hyundai atau Samsung demam, maka Korea bakal batuk-batuk. Demikian halnya dengan Toyota di Jepang, Coca Cola atau Disney, Tesla dan lainnya. Demikian juga di Jerman, memiliki perusahana raksasa yang berpengaruh. “Bagi CEO di perusahaan ini, sudah berpikir basic lagi, tetapi how impact to other.”
Nah, untuk berubah menjadi impact ini perlu adanya transformasi dari basic. Ada jembatan transformasi, karena cara berpikir sudah berubah juga manusianya berbeda.
Seperti sekarang, masih ada menteri atau gubernur, rektor, sehari-hari berada di kantor saja, dan mereka bekerja dengan orang-orang kepercayaanya sendiri. Apalagi, kondisi ini terjadi kepada menteri yang tiba-tiba datang menjabat, ujuk-ujuk. Menteri seperti ini tak bisa berkerja dengan mesin organisasi yang sudah terbangun. Malah cenderung mengambil dari luar. “ini terjadi bahkan lebih dari separuh dari menteri, dirjen, karena tidak percaya.”
Sayang sekali, organisasi yang sudah dibangun dengan pelatihan serta tata nilai, dan berkarir sejak dari bawah tidak dipakai. Para menteri seperti ini, hanya berkutat dan asyik dengan target-target yang diberikan Presiden, dan memang yang ujungnya jadi pemimpin biasa saja tidak ber-impact.
Padahal di luar sana terjadi perubahan dikatakan BANI terjadi guncangan di Eropa, Timur Tengah, melambungnya harga energi. Demikian juga era medos yang mendewakan contentnya. Aparat Penegak Hukum, malah takut kepada medsos dibanding penegakan hukum itu sendiri.
LAN juga harus mampu melahirkan, para pemimpin bangsa. Melarhirkan gubernur, bupati, walikota bahkan presiden. Indonesia butuh pemimpin yang bisa melahirkan impact to other tidak hanya menjalankan hal-hal basic dan butuh power house.
Pemetaan Model Richard Barrett
Seperti yang diuraikan oleh Richard Barrett bahwa ada tujuh tingkatkan untuk menjadi pemimpin berimpact. Ada hal yang basic dikerkan, yang bersifat survival yang memikirkan return, financial sustainability, profit yang sifatnya mikro. Kemudian juga, value, bagaimana merekatkan orang-orang yang berada di perusahaan serta memunculkan self esteem atau yang bisa dibanggakn, reputasi. Biasanya organisasi pemerintah masih berada di level ini.
Tingkatkan selanjutna bagimana hal yang basic ini bertransformasi, atau menciptakan suatu yang berbeda agar relevan dengan zamannya. Kalau hanya berkutat pikiran membangun masa lalu, sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang. Karena, organisasi ini akan hadapi sesuai yang kecil akan menjadi besar dan pesaing.
Selanjutnya, level kelima adalah memberikan nilai-nilai yang besar, profesional dengan menggunakan peralatan modern atau robot. Leadersip dengan berpedoman pada pergerakan algoritma. Hal ini, penting untuk bisa direkatkan dengan basis data-data yang sudah ada.
Lalu selanjutnya, keenam adalah make difference atau Anda berbeda. Terlihat menonjol, dalam teknologi, proses bisnis, dan tidak main-main. Level ini sudah berpikir masa depan. Seperti misalnya membangun waduk, tidak seperti dulu, tetapi juga sudah dilengkapi jogging track, area yang estetik, dan tempat berkumpul para pelaku usaha sekitar.
Para menteri itu sebenanya, merupakan orang-orang hebat, teptai hanya berkerja tidak lebih untuk mengawasi saja. Bekerja begitu-begitu saja, karena dibawah tekanan dan penuh keraguan, padahal bangsa ini butuh pemimpin kebaharuan.
Seperti bidang pendidikan, yang mana pemerintah telah menggelontorkan APBN 20% untuk mengurusi ini.Tapi ternyata, malah banyak perilaku kaum terdidik malah tidak memperlihatkan perilaku positif. Apa yang didapatkan dari pendidikan yang dialokasi pemerintah.” Tidak ada perilaku kesopanan, kepedulian yang tidak cerminkan investasi besar di bidang pendidikan apalagi impact.”
Lalu bagaimana menghasilkan, pemimpin yang berimpact, atau ketujuh. Pemimpin ini perhatian kepada pemberian pelayanan, impact to other dan tidak hanya pemimpin menduduki sebuah jabatan. Bergerak ke ESQ (Environmental, Social and Governance) dan tidak lagi SDGs (Sustainable Development Goals), tetapi lebih ke tata kelola.
“Orang seperti ini sudah tidak disibukkan kebutuhan keluarga, almamater, tetapi berpikir kea ra keadilan dan sebagainya serta memiliki dampak yang kuat.”
Seperti Menteri Basuki Hadimuljono, sudah melakukan hal yang basic, seperti membuka keterisoliran wilayah melalui berbagai penyediaan jalan, dan jalan tol. Selain itu, memperhatikan kesejahteraan SDM. Dengan konsep rock and roll, ia bekerja menyelesaikan beragai tantangan dengan bekerja cepat.
Basuki juga mempertimbangkan keselarasan atau keseimbangan infrastruktur dan lingkungan. Tidak hanya itu tetapi juga memilih koleganya dengan prinsip keterwakilan. Ini tidak berpikir hanya sekadar basic tetapi sudah berprinsip sebagai power house. Jadi basic harus terpenuhi, untuk menghadapi era yagn penuh dengan tantangan yang disebut BANI (Brittle, Anxious, Non Linier, incomprehensible)….
Jakarta, Juni 2024
Oleh: Prof Rhenald Kasali, Rumah Perubahan (youtube)