Pasar merupakan pertemuan berbagai kelompok masyarakat untuk bertransaksi dalam memenuhi khususnya kebutuhan pokok sehari-hari. Berbagai persoalan sering muncul, berkaitan dengan pengelolaan komunitas dilingkungan pasar. Disisi lain, PD Pasar Jaya -Pasar Induk Kramatjati yang mengemban amanah sebagai buffers stock harus berjalan untuk menjaga keseimbangan harga dan ketersediaan bahan pangan yang terjangkau.
Untuk menelisik lebih jauh mengenai hal tersebut, berikut ini petikan wawancara redaksi Bisnistoday dengan Agus Lamun, Kepala Pasar Induk Kramajati, PD Pasar Jaya, Jakarta Timur, kemarin.
Bagaimana strategi Anda menyikapi rumitnya pengelolaan pasar di DKI Jakarta?
Bagi kami hal itu sudah menjadi bagian dari pekerjaan kami bahkan kehidupan, karena mengelola pasar ibarat menjaga harmonisasi semua stakeholders untuk bergerak mencapai satu tujuan, yakni pasar yang efisien, nyaman sehiggga pasar tetap menjadi urat nadi masyarakat semua dalam memenuhi kebutuhan terutama bahan pangan.
Menurut pengalaman Anda, apa pernah menghadapi adanya gejolak harga sehingga menuntut peran lebih PD Pasar Jaya untuk terlibat lebih intens karena perannya sebagai buffers stock pangan?
Iya tentu saja, ini bagian penting bagi perusahaan yang mengemban amanah sebagai penyeimbang pasar. Kalau kami sebagai pengelola, Pasar Induk Kramatjati, contohnya, pernah menghadapi masa gejolak harga cabe, beberapa waktu lalu sampai diatas Rp 120 ribu per kg. Para penjual cabe itu yang kebayakan mengambil dari petani di Jawa Tengah beralasan sudah membeli Rp70 ribu per kg belum termasuk transportasi.
Mengelola pasar menjadi bagian dari pekerjaan kami bahkan kehidupan, karena mengelola pasar ibarat menjaga harmonisasi semua stakeholders untuk bergerak mencapai satu tujuan, yakni pasar yang efisien, nyaman sehiggga pasar tetap menjadi urat nadi dan tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan terutama bahan pangan.
Agus Lamun
Untuk kembali normal harga cabe sekitar Rp25-35 ribu/kg, harus berjibaku atau kerja ekstra neh. Misalnya mencari info harga di daerah lainnya, seperti misalnya di daerah Makassar, yang harganya masih sekitar 30-35 ribu per kg. Kemudian setelah dapat cabe, lalu bagaimana pengirimannya, dan harus dengan pesawat terbang, karena cabe cepat busuk.
Sedangkan kalau angkutan udara biaya mahal, dan harga jual kalau sudah sampai di Jakarta sama saja tingginya dengan harga cabe dari Jawa tengah tadi. Nah inilah peran pemerintah, sehingga dicari jalan tengah, yakni ongkos transportasi biar pemerintah yang tanggung.
Disisi lain, para petani di Makkasar tersebut, tidak mau menurunkan harga karena satu-satunya penghasilan petani disana, untuk menyambung hidup masa tidak melaut. Jadi juga tidak ketemu harga petani di lokasi pertanian Makassar.
Lalu, setelah mencari jalan keluar gimana selanjutnya?
Setelah cabe dari Makkasar tersebut masuk di Kota Jakarta, tidak mudah juga mendistribusikanya. Pasalnya, para pedagang yang sudah mendatangkan cabe dengan harga Rp70 ribu dan dijual dengan harga diatas Rp100 ribu tersebut memprotes. Mereka tidak mau dirugikan, karena adanya harga cabe dari Makassar tersebut. Itulah peran kami, sebagai buffer stock jadi buffer beneran seluruh jiwa raga, ha ha..
Resep mengelola pasar seperti di Pasar Induk Kramajati ini apa?
Iya kami ibarat menjaga harmonisasi, berangkat bersama untuk mengarahkan mencari satu tujuan berasama. Bayangkan saja, mereka para pedagang itu sudah puluhan tahun menempati lapak tersebut. Mereka juga memiliki jaringan tersendiri yang sifatnya turun-tumurun dari pendahulunya. Begitupula mewariskan, perilaku yang hampir sama dengan pendahulunya.
Misalnya, masalah kebersihan pasar, yang setiap bulannya pedagang merasa telah membayar iuran untuk kebersihan, lalu senaknya membuang sampah. Hal ini, kalau ditanya, mereka beralasan sudah membayar iuran, lalu mengapa harus juga menjaga kebersihan? Kebersihan sudah ada yang bertugas, karena sudah bayar iuran. Jadi perlu campaign untuk menggugah kembali untuk saling menjaga kebersihan lingkungan pasar.
Dimasa Pandemi Covid-19 ini, bagaimana agar Pasar Induk Kramatjati ini tetep terjaga kesehatan para pedagang?
Iya kami terus meminta semua pedagang untuk menjaga protocol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Bayangkan di pasar ini, berkumpul pedagang sekitar 1.600 kapak, kalau satu lapak ada dua pedagang maka ada sekitar 3.000 pedagang. Belum lagi para pembeli, pemasok dengan perkiraan sekitar 6.000 orang per hari. Jadi pasar ini tempat berkumpul sekitar 10 ribu orang per hari, terus menerus.