JAKARTA, Bisnistoday- Menteri ATR/BPN, Sofyan Djalil mendapat sindiran keras dari pengamat ekonomi senior serta mantan kabinet era Gus Dur, yakni Rizal Ramli. Pengamat ekonomi ini mencibir bahwa Menteri ATR/BPN Sofyan DJalil, lebih membela konglomerasi tanah ketimbang membela rakyat kecil seiring adanya aturan pembatasan layanan publik bagi warkah tanah.
“Menteri Agraria Sofyan Djalil dalam Sorotan Media/Publik: Situ kerja buat “raja-raja’ tanah ya?” sindiran Rizal Ramli yang dikutip dari akun Instagram: Rizalramli.official yang disambungkan dalam link artikel di dalam laman konfrontasi.com, kemarin.
Didalam artikel tersebut, Rizal Ramli menyindir Menteri ATR/BPN, Sofyan Djalil adalah alumni Pelajar Islam Indonesia (PII dan FH-UI) yang semasa studi dia dididik agar amanah. Namun, kelakuan dan perbuatannya kini dalam sorotan publik karena bau sangit ”kepentingan sempit.”
Tokoh nasional Rizal Ramli (RR) menyentil Sofyan Djalil mengatakan,”Mas Sofyan Djalil, Menteri Agraria/Kepala BPN kok malah keluarkan peraturan tutup rapat data tanah warkah? Situ kerja buat ”raja-raja” tanah ya? Kok bukannya transparan dan bela rakyat yg dirugikan oleh permainan sertifikat tanah ganda/palsu oleh banyak oknum,” kata Rizal Ramli, Menko Ekoin Presiden Gus Dur.
Selama ini, menurut Rizal Ramli, penyelesaian perampasan tanah sangat mudah cukup adu data saja dengan warkah yang ditutup rapat oleh BPN dengan Peraturan Kepala BPN No. 6 Tahun 2013 tentang Pelayanan Informasi Publik, Pasal 12 point 4 huruf H dan I. Informasi yang dikecualikan. Akibatnya banyak rakyat dan masyarakat adat dirugikan/dikorbankan.
Hal tersebut, diungkapkan Rizal Ramli usai menerima wakil-wakil masyarakat yang melaporkan bahwa tanahnya “dirampas” dengan modus sertifikat ganda/palsu dan lainnya oleh oknum-oknum BPN dan Pengadilan. Ini jelas harus dituntaskan demi hak rakyat dan kepetingan rakyat.
Merupakan Pengabdian
Sementara, Menteri ATR/BPN dalam keterangan pernya saat melantik dan mengambil sumpah janji Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama secara langsung maupun secara virtual, Senin (14/9) di Jakarta, kemarin berpesan kepada pejabat yang dilantik, bahwa menjadi pejabat itu adalah bentuk pengabdian.
“Yang perlu diingat, menjadi pejabat Ini bukan hanya sebuah capaian, menjadi pejabat itu betul-betul tantangan berat, tuntutan yang besar sekali ya dimarah-marahin masyarakat diawasi banyak pihak. Saya pikir menjadi pegawai negeri menjadi pejabat itu betul-betul amanah, betul-betul sebuah pengabdian,” ujarnya./