JAKARTA, Bisnistoday –Peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) menyatakan penggunaan perangkat teknologi sangat penting untuk mendeteksi bahan non-halal dalam produk pangan dan kosmetik yang telah melalui berbagai tahap pemrosesan. Pemanfaatan teknologi ini dinilai mampu menjawab tantangan deteksi bahan non-halal dalam produk-produk kompleks yang sulit diuji dengan metode konvensional.
Anjar Windarsih, peneliti dari Kelompok Riset Autentikasi dan Deteksi Halal Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) BRIN mengatakan, salah satu teknologi mutakhir yang saat ini digunakan untuk riset proteomik adalah alat Liquid Chromatography-High Resolution Mass Spectrometry (LC-HRMS).
Proteomik, lanjutnya, memiliki keunggulan dalam mendeteksi protein dan peptida spesifik di produk yang telah melalui berbagai tahap pemrosesan.Perangkat teknologi ini memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peptida dalam jumlah sangat kecil (traces) dengan akurasi tinggi.
Anjar Windarsih, mengungkapkan bahwa proteomik berbasis LC-HRMS memiliki resolusi dan akurasi massa yang sangat tinggi, sehingga mampu membedakan peptida dari gelatin babi dengan gelatin dari sumber lain seperti sapi atau ikan.”Teknik ini sangat potensial untuk mengidentifikasi peptida marker spesifik porcine dengan akurasi dan reprodusibilitas tinggi, sehingga dapat memperkuat verifikasi halal secara ilmiah,” jelas Anjar.
Baca Juga : BRIN Gandeng Wilmar dan Syngenta Kembangkan Benih Padi Unggul
Seperti diketahui, penguatan riset halal nasional semakin penting seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan produk pangan dan kosmetik yang terjamin kehalalannya. Salah satu terobosan yang saat ini dikembangkan adalah pemanfaatan teknologi proteomik. Proteomik, sebagai cabang ilmu yang mempelajari protein dan peptida dalam organisme, semakin banyak diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk dalam analisis halal produk pangan dan kosmetik./
