www.bisnistoday.co.id
Minggu , 16 November 2025
Home OPINI Gagasan Reformasi Puluhan Tahun Berjalan Seperti Edi Tamsil
GagasanOPINI

Reformasi Puluhan Tahun Berjalan Seperti Edi Tamsil

AKSI PROTES : Demonstran memakai baju rompi bertema protes, belum lama ini.
Social Media

Wayahe wis manjing, yo sorak o sorak iyo!!!” (waktunya sudah tiba, ayo bersorak), begitulah salah satu petikan tembang yang dibesut oleh salah satu waliyulah di Tanah Jawa. Petikan tembang ini seolah bagai sindiran atau ejekan nyinyir, apabila dikaitkan dengan perjalanan reformasi di Indonesia yang hingga kini sulit menemukan hasil. Hal ini sama halnya, yang sering diungkapkan oleh pakar kesehatan seksual, dr Boyke Nugraha berkata Edi Tamsil dengan arti bebas Ejakulasi Dini Tanpa Hasil. 

Begitu gembiranya datang era reformasi kala itu, namun semangat itu kian tenggelam perlahan ketika para pendobraknya telah mendapatkan hasil. Perahu berjalan, seakan tak hiraukan para penumpang atau rakyat yang terjepit dengan kemiskinan. Alangkah congkaknya, mereka kaum jelata menduduki pimpinan negeri, ibarat: kere munggah ing bale (kaum jelata duduki pimpinan negeri). 

Segeralah sadar dan bertobat, rakyat, bangsa dan pemimpin negeri ini ayo.. berbondong-bondong ke Masjid, ke Gereja, ke Kuil, ke Pura, ke Wihara, ke Klenteng. Mari ke tempat suci, bukan untuk pencitraan, melainkan menghadirkan Tuhan yang sebenarnya dalam diri sendiri, menghadirkan Tuhan serta memancarkannya dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kekayaan negeri ini melimpah mesti dikelola secara baik dan benar, serta diperuntukkan sebesar-besarnya mewujudkan rakyat sejahtera berkeadilan, dan negeri ini menggapai kembali adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT, Tuhan YME.

Sebentar lagi, Bangsa ini akan merayakan HUT ke 77 tahun. Dalam perjalanan penataan pembangunan seakan-akan bangsa ini masih terus mencari peta jalan kotak Pandora Indonesia yang seolah-olah belum ditemukan. Bangsa ini merindukan adanya keseimbangan keberadaan semesta Nusantara beserta isinya dengan tatanan nilai, budaya dan peradaban adiluhung leluhur bangsa.

Berharap semua elemen bangsa kembali memahami peta jalan padi kapas perisai Garuda Pancasila yang di simbolitaskan padi kapas dengan warna dasar putih. Pada peta jalan ini seluruh rakyat, bangsa dan mahluk di bumi Nusantara terpatri dan disadarkan secara utuh dan menyeluruh untuk menggapai kembali adil dan makmur.

Apabila berjalan sesuai harapan, Insya-Allah Tuhan menurunkan mutiara dibalik peta jalan kotak Pandora negeri yaitu sosok pemimpin besar, ksatria dan sejati yang menghibahkan segala yang dimilikinya hanya untuk rakyat, bumi semesta Nusantara beserta isinya, dan tatanan nilai budaya peradaban adiluhung leluhur bangsa. 

Sebagai rakyat, bangsa dan warga negara RI, serta selaku Presiden Kawulo Alit Indonesia haqul yakin akan hadir sosok pemimpin besar yang mampu mencegah adanya mega korupsi dan OTT KPK juga kasus-kasus perongrongan uang rakyat dan uang negara.

Untuk mewujudkan cita-cita besar Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 7 Januari 2014 di Pendopo Agung Trowulan Mojokerto Jawa Timur ditegaskan bahwa untuk mewujudkan kejayaan negeri ini harus diwujudkan satu kesatuan segi tiga emas Indonesia. 

Yang pertama, kepemimpinan nasional dan bangsa harus ksatria, besar dan sejati. Yang kedua, segenap sumber daya dan kekayaan di bumi ini di negeri sendiri harus dikelola dengan baik dan benar, serta diperuntukkan sebesar-besarnya menggapai kejayaan nusantara. Serta pilar yang ketiga adalah justice and welfare state the all people, terwujudnya keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, bangsa dan mahluk dibumi nuasntara.

Indonesia telah melewati Peta Jalan Penataan 1945-1966 yang lazim disebut era orde lama. Dibawah kepemimpinan Sang Proklamator, Presiden RI pertama Bung Karno, segala sumber daya dan energi difokuskan untuk membangun kesatuan dan persatuan bangsa, untuk memperkokoh nasionalisme dan patriotisme bangsa, serta untuk pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan RI dari dunia internasional. 

Di Perisai Garuda Pancasila Peta Jalan Penataan Indonesia (Orla) disimbolkan dengan Kepala Banteng dengan warna dasar merah. Bung Karno bukan saja mampu menyatukan dan memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa, membangun dan memperkokoh nasionalisme dan patriotisme, begitupun Bung Karno mampu membawa Indonesia dikancah dunia internasional dengan diselenggarakannya GANEFO. 

Namun, karena seluruh energi dan sumber daya difokuskan bukan untuk pembangunan ekonomi ujung dan akhirnya Peta Jalan Penataan Indonesia (Orla) berakhir pada tahun 1966 yang dipicu gejolak sosial dan politik karena adanya keterpurukan ekonomi dimana inflasi Indonesia mencapai 600%.

Pasca peta jalan penataan (Orla) Indonesia memasuki peta jalan pembangunan yang lazim disebut era orde baru (orba) yang dipimpin Presiden RI kedua, Jenderal (Purn) H Soeharto selama 1966-1998. Dalam perisai Garuda Pancasila di simbolitaskan Pohon Beringin dengan warna dasar putih. 

Pohon beringin itu mengayomi dan melindungi dengan akar yang kuat kebawah membangun kesejahteraan sosial. Di era Soeharto terjadi pembangunan bahkan Indonesia dianggap Macan Asia di Asia Pasifik. 

Dengan prinsip kepemimpinan Soeharto, stabilitas politik adalah prasyarat pembangunan, setiap yang berbeda dilakukan kanalisasi. Dan pada ujung dan akhirnya kapasitas dan kemampuan negara lakukan kanalisasi terbatas dan sudah tidak mampu lagi yang akhirnya terjadi tragedi Trisakti 1998 dan Indonesia memasuki era reformasi.

Memasuki Era Reformasi atau disebut sebagai Peta Jalan Kotak Pandora Indonesia dari 1998 hingga hari ini 21 Juli 2022 sudah berumur 24 tahun. Di perisai Garuda Pancasila di simbolkan Rantai dengan warna dasar merah. 

Sejak 1998 dinamika dan gejolak sosial politik tidak pernah tuntas bahkan semakin ekskalatif. Berbagai kenyataan rakyat dan bangsa ini semakin jauh dari cita-cita aman, damai, tentram sentosa, dan sejahtera berkeadilan sebagaimana amanat Pembukaan UUD 1945 bahkan semakin meredup. 

Sebagai bangsa besar dan kuat yang memiliki peradaban adiluhung di dunia tidak boleh menghabiskan energi untuk mencari kambing hitam. Kita harus instrospeksi diri. Bertanya pada diri sendiri kenapa realitas di negeri ini semakin jauh dari cita-cita adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Simbolitas Rantai dengan warna dasar merah menunjukkan banyaknya dinamika dan gejolak sosial politik, serta terjadi banyak pergantian Presiden RI. Yaitu Presiden RI ketiga, BJ. Habibie, Presiden RI ke-empat Gus Dur, Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-enam SBY dan Presiden RI ketujuh Joko Widodo.

Pada kesempatan ini, ingin menyampaikan kepada segenap rakyat, bangsa dan mahluk di negeri ini untuk bersatu dan tangguh dibawah Panji-panji Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa berupaya dengan segala daya dan dari segala arah mewujudkan rakyat sejahtera berkeadilan, aman, damai, tentram dan sentosa, serta negeri ini dalam tempo secepat-cepatnya menggapai kembali adil, makmur dan adidaya./

Oleh : dr. Ali Mahsun ATMO M Biomed, Presiden Kawulo Alit Indonesia, Ketum APKLI serta Ketum KERIS (Komite Ekonomi Rakyat Indonesia Semesta)

Arsip

BISNISTODAY – INSPIRE YOUR BUSINESS

PERTAMINA IS THE ENERGY

TRADE EXPO INDONESIA 2025

SOROTAN BISNISTODAY

Beritasatu Network

Related Articles

Gagasan

Kepercayaan di Tengah Algoritma

JAKARTA, Bisnistoday - Kepercayaan adalah mata uang paling berharga di zaman digital....

Gagasan

Anugerah Pahlawan Nasional 2025: Antara Pengakuan, Kontroversi, dan Isyarat Rekonsiliasi Nasional

JAKARTA, Bisnistoday- Peringatan Hari Pahlawan setiap 10 November selalu menjadi saat yang...

Univ. Paramadina
Gagasan

Sumpah Pemuda: Akad Kebangsaan yang Harus Terus Diperbarui

SETIAP kali tanggal 28 Oktober tiba, bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda —...

Kopdes Merah Putih
Gagasan

Kehadiran Koperasi di Bisnis Tambang untuk Cegah “Bad Mining” Korporasi

KOPERASI sejatinya dapat bergerak di seluruh sektor ekonomi, termasuk di bisnis yang...