JAKARTA, Bisnistoday – Mayoritas atau sekitar 70 persen koperasi di Indonesia masih bergerak di sektor usaha simpan pinjam, sementara koperasi sektor riil masih di bawah 30 persen. Perkembangan koperasi di Indonesia itu berbanding terbalik dengan kondisi di dunia yang koperasinya didominasi sektor riil.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM), Ahmad Zabadi, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (10/10).
Zabadi mengakui bahwa peran koperasi di sektor keuangan sangat signifikan, terutama di bidang simpan pinjam. Koperasi masih menjadi salah satu pilihan utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pembiayaannya.
Dia mengutip data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2021 yang menyebut bahwa koperasi menduduki peringkat kedua setelah perbankan sebagai sumber pembiayaan bagi rumah tangga Indonesia. “Artinya dari gambaran ini, masyarakat masih sangat terbantu kebutuhan pembiayaannya melalui kooperasi,” kata Zabadi.
Kendati demikian, Zabadi mengatakan bahwa Kemenkop UKM akan terus mendorong agar tren koperasi di Indonesia ke depan lebih banyak bergerak di sektor riil, seperti pertanian, industri, dan perikanan, dibandingkan hanya fokus pada usaha simpan pinjam. “Ini juga menjadi salah satu poin yang diusulkan dalam Rancangan Undang-Undang Perkoperasian.”
Selain itu, Zabadi menyebut pemerintah terus mendorong koperasi untuk meningkatkan nilai tambah produk melalui pengembangan rantai pasok dan hilirisasi produk. Salah satu contoh dari upaya pemerintah dalam mendorong hilirisasi melalui koperasi adalah pembangunan pabrik minyak makan merah.
Baca juga:KemenKopUKM Lakukan Moratorium Izin Usaha Koperasi Simpan Pinjam
Saat ini, proyek percontohan pembangunan pabrik minyak makan merah telah dilakukan di Kabupaten Deli Serdang, yang telah diresmikan pada 14 Maret 2024. Pembangunan serupa juga sedang berlangsung di beberapa daerah lainnya seperti Kabupaten Asahan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Sanggau, dan Kabupaten Sekadau.
Berhasil Bertransformasi
Dalam kesempatan tersebut, Zabadi juga mengatakan, sebanyak 400 koperasi di seluruh Indonesia telah berhasil bertransformasi menjadi koperasi modern melalui program modernisasi koperasi yang digulirkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM sejak 2020 hingga 2023. Dari jumlah tersebut, 220 koperasi bergerak di sektor pangan, sementara 180 lainnya beroperasi di sektor non-pangan.
Kemenkop UKM menargetkan hingga akhir tahun 2024, sebanyak 500 koperasi akan bertransformasi menjadi koperasi modern.
Kemenkop UKM mendefinisikan koperasi modern sebagai koperasi yang memiliki tata kelola kelembagaan, bisnis dan keuangan yang baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota.
Setidaknya terdapat tujuh kriteria yang dipakai oleh Kemenkop UKM sebagai indikator koperasi modern, yaitu terhubung dengan offtaker, adopsi teknologi dan inovasi, akses terhadap sumber pembiayaan, kapasitas produksi besar, sinergi antar pihak, profesionalisme tata kelola dan manajemen, serta berbasis anggota dan nilai tambah yang tinggi.
Zabadi menuturkan program koperasi modern ini tidak hanya sekadar memodernisasi pengelolaan koperasi, tetapi juga bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani melalui program korporatisasi petani.
“Yaitu dengan menciptakan nilai tambah ekonomi bagi petani anggota koperasi, petani menjadi penyedia bahan baku, dan koperasi menjadi konsolidator dan agregator produk pertanian dengan mencari pasar atau offtaker,” ujarnya.
Dengan menciptakan ekosistem hulu-hilir yang kuat, petani anggota koperasi dapat memperoleh nilai tambah yang lebih besar dari hasil produksinya.
Koperasi Produsen Tani Hijau Makmur misalnya, berhasil mengelola produksi pisang dengan kapasitas yang sangat besar. Melalui kemitraan dengan perusahaan besar seperti PT Great Giant Pineapple, koperasi ini memiliki potensi untuk menembus pasar ekspor seperti Singapura, China, Jepang, Korea, dan Timur Tengah.
Sementara itu, Koperasi Ngawi Tani Mandiri telah berhasil mengelola usaha produksi beras dengan kapasitas mencapai 480 ribu ton per tahun, bermitra dengan 35 gabungan kelompok tani (gapoktan) di Kabupaten Ngawi.
Kemudian, Koperasi Konsumen Kopontren Rohmatul Ummah, yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Al Munawwir, berhasil mengembangkan produk perikanan dan pertanian dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 1.440 ton pakan ikan dan 1.800 ton fillet patin.
Selain itu, Kopontren tengah mengembangkan padi organik, dengan produk turunan berupa beras organik, pupuk cair organik, dan bibit padi organik./