JAKARTA, Bisnistoday – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdaganfan Kamis (12/09) ditutup menguat 0,43 poin ke posisi 7.760,95. Sementara indeks LQ45 naik 0,21 poin ke posisi 951,62. Penguatan seiring dengan optimisme pelaku pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
“IHSG dan bursa regional Asia menguat seiring sikap pelaku pasar bertaruh sehubungan dengan pemangkasan suku bunga The Fed, hal ini pasca rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang beragam,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Kamis (12/09).
Tercatat, laju inflasi secara tahunan di AS melambat selama lima bulan berturut-turut menjadi 2,5 persen year on year (yoy) pada Agustus 2024, atau terendah sejak Februari 2021, dari 2,9 persen pada Juli, dan di bawah perkiraan sebesar 2,6 persen, sedangkan secara bulanan tidak berubah di 0,2 persen month to month (mtm).
Di sisi lain, inflasi inti naik dari sebelumnya 0,2 persen (mtm) menjadi 0,3 (mtm), sehingga memberikan implikasi terhadap kebijakan The Fed yang akan datang dan pasar berspekulasi bahwa The Fed akan memilih pemotongan suku bunga yang lebih kecil sebesar 0,25 persen pada pertemuan pekan depan.
Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat yaitu dipimpin sektor teknologi sebesar 7,67 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor barang konsumen primer yang masing-masing turun sebesar 1,62 persen dan 1,27 persen.
Sedangkan, tiga sektor menurun yaitu sektor keuangan turun paling dalam minus 0,41 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor infrastruktur yang masing- masing turun sebesar 0,31 persen dan 0,23 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu SMLE, KMDS, SRTG, BIMA dan NICE. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni ITMA, DNET, OPMS, PTIS dan PSAB.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.291.138 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 44,37 miliar lembar saham senilai Rp14,19 triliun. Sebanyak 309 saham naik 249 saham menurun, dan 238 tidak bergerak nilainya.
Baca juga:Pelaku Pasar Tunggu Sinyal The Fed, IHSG Menguat
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 1.213,50 poin atau 3,41 persen ke 36,833,30, indeks Hang Seng menguat 131,67 poin atau 0,77 persen ke 17.240,39, indeks Shanghai melemah 4,67 poin atau 0,17 persen ke 2.717,12, dan indeks Strait Times menguat 24,22 poin atau 0,69 persen ke 3.555,39.
Rupiah Merosot
Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan merosot 37 poin menjadi Rp15.439 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.402 per dolar AS.
Kemerosatan dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) Fed Funds Rate pekan depan. “Kemungkinan hanya 25 basis poin karena inflasi tahunannya masih 2,5 persen belum mencapai target 2 persen,” kata analis Bank Woori Saudara, Rully Nova seperti dikutif Antara.
Rully menuturkan inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) AS Agustus 2024 naik 0,2 persen dibanding Juli 2024 yang akan menjadi pertimbangan bank sentral AS atau The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dibanding ekspektasi sebelumnya 50 bps.
Dari dalam negeri, tren kenaikan pasar obligasi negara dan bursa efek memberikan pengaruh positif pada rupiah hari ini. “Pasar obligasi negara naik menjadi Rp5,8 triliunan dengan porsi asing naik jadi 14 persenan,” ujarnya.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis turun ke level Rp15.421 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.415 per dolar AS./