JAKARTA, Bisnistoday- Perusahaan yang bergerak di bidang pusat data, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) siap menggarap pasar pusat data (data center) di Indonesia. Ini dilakukan sejalan dengan langkah perseroan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana atau IPO pada Rabu ini.
“Kami optimistis dengan prospek bisnis data center yang digeluti perseroan di tengah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang sedang melesat, ditambah teknologi cloud yang tumbuh secara eksponensial yang telah mendorong permintaan terhadap fasilitas data center hyperscale di Indonesia akhir-akhir ini,” kata CEO PT DCI Indonesia Tbk, Toto Sugiri di Jakarta, Rabu (6/1).
DCII melepas sebanyak 357 juta saham baru ke publik atau setara dengan 15 persen dari modal disetor dan ditempatkan perseroan, dengan harga penawaran sebesar Rp420 per saham. DCII menunjuk PT Buana Capital Sekuritas selaku penjamin pelaksana emisi efek.
Perseroan merupakan perusahaan data center tier IV pertama di Asia Tenggara, yang beroperasi sejak 2013 lalu.
Langkah perusahaan masuk ke bursa melalui IPO merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan kinerja perseroan.
“Pasar data center ini diperkirakan memiliki total kapasitas 72,5 MW sampai akhir tahun 2020 dan menurut proyeksi Structure Research akan terus bertumbuh dengan CAGR sebesar 22,3 persen selama lima tahun ke depan,” ujar Toto.
Bahkan hingga hari ini, lanjut Toto, pihaknya terus merasakan permintaan pasar yang kuat dari pelanggan lokal maupun pelaku bisnis global yang ingin memasuki pasar Indonesia.
Pada kuartal pertama 2021, perseroan akan mengoperasikan empat gedung data center dengan total kapasitas 37 MW untuk memenuhi permintaan pasar di Indonesia.
“Hal ini memberi kami landasan yang kuat untuk mengembangkan bisnis kami dalam mendukung kesiapan data center Indonesia menghadapi persaingan ekonomi digital Asia Tenggara yang berkembang pesat di masa mendatang,” kata Toto.
Presiden Direktur PT Buana Capital Sekuritas Benny Setiabrata mengatakan, perseroan telah mendapatkan izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada 29 Desember 2020 lalu. Selama penawaran umum pada 30 Desember 2020, saham perseroan mendapatkan respons yang sangat positif dari investor.
“Dari IPO ini, perseroan menerima dana lebih dari Rp150 miliar, yang akan digunakan 80 persen untuk belanja modal dan sisanya untuk modal kerja perseroan,” ujar Benny.
Pada perdagangan perdananya, saham DCII terpantau naik 105 poin atau 25 persen menjadi Rp525 per saham.
IHSG Melemah
Sementara itu, pada perdagangan efek di BEI, Rabu (6/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah 71,66 poin atau 1,17 persen ke posisi 6.065,68. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 15,71 poin atau 1,63 persen ke posisi 945,68.
“Kebijakan PSBB ketat merupakan sentimen negatif utama bagi pasar. Dengan demikian, maka aksi panic selling kembali terjadi,” kata analis Bina Artha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta.
Seperti diketahui bahwa pemerintah baru saja memutuskan untuk menerapkan kebijakan pengetatan pembatasan pergerakan masyarakat pada 11-25 Januari 2021 khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Kebijakan ini merespons kasus aktif Covid-19 yang meningkat secara eksponensial./