JAKARTA, Bisnistoday — Skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia terus menurun sejak 2006. Kondisi ini kembali memicu pertanyaan publik, termasuk dari peserta Sarasehan 100 Ekonom Indonesia. “Apa yang salah dengan sistem kurikulum di Indonesia?” tanya Ninasapti Triaswati kepada Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abu’l Mu’ti dalam acara bertema Resiliensi Ekonomi Domestik sebagai Fondasi Menghadapi Gejolak Dunia, Selasa (28/10).
Menjawab keresahan tersebut, Menteri Mu’ti menegaskan pentingnya mengubah cara pandang terhadap Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) yang selama ini sering dianggap momok.
“Kami telah menggulirkan Gerakan Numerasi Nasional agar anak-anak belajar matematika dengan cara menyenangkan. Mereka tidak hanya terampil berhitung, tetapi mampu berpikir logis, kritis, dan adaptif,” ujarnya.
Di hadapan para ekonom, Mu’ti menjelaskan pendekatan baru bernama STEM 3M, yakni Mudah, Murah, dan Menarik.
Ia menegaskan matematika seharusnya mulai dikenalkan sejak jenjang taman kanak-kanak melalui permainan logika yang sederhana. “Semakin awal anak menyukai logika, semakin besar ketertarikannya pada STEM.”
Tantangan dan Solusi: Infrastruktur, Guru, hingga SMK
Mu’ti memaparkan tiga tantangan utama dunia pendidikan:
- Akses pendidikan belum merata, terutama di daerah 3T.
- Kesenjangan mutu pendidikan antarwilayah dan antarjenis sekolah.
- Kualitas lulusan SMK yang belum seluruhnya siap bersaing.
Untuk menjawab tantangan itu, Kemendikdasmen menjalankan program prioritas seperti:
- Revitalisasi 16.140 satuan pendidikan dan perbaikan infrastruktur sekolah
- Digitalisasi pembelajaran dengan Interactive Flat Panel, laptop, dan materi ajar digital
- Pelatihan guru, termasuk coding, AI, deep learning, hingga bimbingan konseling
“Secanggih apa pun teknologi, guru tetap agen peradaban. Karena itu kualitas guru harus menjadi prioritas,” tegasnya.
Homeschooling dan Pendidikan untuk Semua
Mu’ti menjelaskan bahwa pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal, informal, dan non-formal. Ia memastikan pemerintah memberi ruang lebih besar untuk program homeschooling, paket A, B, dan C.
“Pendidikan bukan soal gedung, tapi tentang memastikan setiap anak Indonesia mendapat akses belajar bermutu tanpa ada yang tertinggal,” katanya.
Cetak SDM SMK Siap Kerja dan Go Global
Kemendikdasmen merancang Program Pengembangan SMK Tahun 2025 dengan sejumlah strategi, mulai dari:
- SMK Pusat Keunggulan
- Teaching Factory (TeFa)
- Proyek kreatif dan kewirausahaan
- Sertifikasi kompetensi dan bahasa asing
- Penguatan akses kerja di luar negeri
“Pesannya jelas: lulusan SMK harus adaptif, kompeten, dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan industri global,” tegasnya.
Kolaborasi Semesta Bangun Generasi Emas 2045
Menurut Mu’ti, keberhasilan pendidikan tidak bisa ditanggung pemerintah sendiri. Sekolah, keluarga, masyarakat, dan media harus menjadi ekosistem pendukung.
“Ini investasi jangka panjang. Pendidikan adalah fondasi menuju generasi emas 2045 dan Indonesia yang merdeka, adil, dan makmur,” ujarnya.//




