www.bisnistoday.co.id
Minggu , 16 November 2025
Home NASIONAL & POLITIK Indonesia Masih Masa Transisi ke Endemi
NASIONAL & POLITIK

Indonesia Masih Masa Transisi ke Endemi

MENUJU ENDEMIK : Jubir Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi saat pemaparan update Pandemik Covid-19, secara daring di Jakarta, Selasa (15/3).
Social Media

JAKARTA, Bisnistoday- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan kembali kepada masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Varian Covid-19 Omicron belum musnah dan memerlukan waktu bertahun-tahun. Kendati Covid -19 beserta varianya belum hilang, intinya aktifitas masyarakat berharap kembali menuju ke situasi normal. 

“Kita siapkan langkah-langkah dari pandemik menuju endemik. Tentunya dikatakan endemik harus masuk dalam beberapa kriteria. Seperti laju penularan harus kurang dari 1, positifity rate dibawah 5%, perawatan Rumah Sakit dibawah 5%, dan fatality rate juga harus dibawah 3%. Demikian juga, level pengendalian harus berada di level 1,” terang Jubir Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, kapada media di Jakarta, Salasa (15/3).

Nadia Tarmizi mengatakan, ketentuan kondisi tersebut harus berada dalam kurun waktu tertentu misalnya saja dalam enam bulan terakhir. Tentunya, masa transisi ini terus dilakukan pemantauan oleh tim ahli kesehatan.

“Intinya, masa endemik itu, bukan tidak ada lagi kasus Covid-19 berbagai variannya, tetapi bagaimana kehidupan masyarakat sudah dapat berdampingan, dengan Covid-19. Kasus tetap ada tetapi tidak mengganggu aktifitas kegiatan masyarakat,” terangnya. 

Berita Terkait : Jubir Kemenkes : Jangan Tergesa-Gesa Tetapkan Endemik Covid-19

Kembali lagi, Nadia Tarmizi mengingatkan, agar tidak lenggah dengan prokes. Seperti contohnya, di Inggris, Hongkong masih muncul kembali varian Omicron BA.2. dengan proses penularan secara massif dan terjadi lonjakan kasus Covid-19.”Kasus varian baru Omicron BA.2. lebih massif penyebarannya dan tingkat keparahannya,” ujarnya.

Untuk itu, maka masyarakat diimbau tetap menjaga prokes. Sedangkan untuk warga yang rentan seperti lansia, maka menjadi fokus utama untuk vaksin. Untuk lansia yang rentan yakni berumur diatas 60 tahun dengan kasus komorbit seperti diabetes, hipertensi, jantung dan lainnnya. Selain itu, para lansia tersebut belum mendapatkan vaksin dosis lengkap. 

Nadia Tarmizi menambahkan, untuk mendapatkan kekebalan secara individu diharapkan sebanyak 270 juta penduduk sudah divaksin dosis dua akhir April 2022 mendatang. Menurut Nadia, pemerintah bersama pemangku kepentingan harus mendorong tercapainya angka suntikan vaksi dengan 750 ribu per hari.

”Dengan tingkat vaksin yang tinggi, diarapkan kekebalan imunitas akan tercapai. Dengan demikian ekonomi kembali bergerak. Kita perlu kerja sama semua elemen, demi untuk kepentingan bersama,” tambahnya.

Data Kemenkes mencatat, terjadi penurunan jumlah kasus baru terjadi di semua provinsi. Untuk jumlah kematian masih ada beberapa provinsi yang mengalami peningkatan.Secara nasional, testing rate nasional  diatas 1 per 1.000 penduduk per minggu dengan positivity rate mingguan  diatas 13% dengan positivity rate diatas 5%  untuk  29 provinsi

Sedangkan tingkat BOR (bed occupancy ratio) Covid diatas 30%  tercatat pada tiga provinsi  yakni NTT, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Utara.

Perkembangan terakhir, pemerintah telah menyuntikan sebanyak 359 juta dosis atau diatas 56% dari total populasi Indonesia telah menerima vaksinasi lengkap. Sementara, dari jumlah 514 Kab/Kota, masih sebanyak 310 Kab/Kota dengan cakupan Dosis 2 dibawah 70% per 14 Maret 2022. Angka ini memperlihatkan penurunan 58 Kab/Kota dibandingkan dengan tanggal 23 Februari 2022 sebanyak 368 Kab/Kota.

Khususnya untuk vaksin lansia, dari 514 Kab/Kota masih ada 448 Kab/Kota dengan cakupan vaksinasi Lansia dosis 2  dibawah 70% per 14 Maret 2022, berkurang 13 Kab/Ko dibandingkan dengan tanggal 23 Februari 2022 tercatat 461 Kab/Kota.

Kasus Terus Menurun

Muhammad Syahril, Dirut RSPI Sulianti Saroso mengatakan, sekarang ini kapasitas hunian di RSPI Sulianti Saroso sekitar 18 persen atau memperlihatkan penurunan. Begitupun, tingkat BOR secara nasional juga sudah memperlihatkan tren menurun. “Jauh berbeda dibanding dengan kasus varian Delta pertengahan tahun lalu. Sekarang yang dirawat tidak banyak, kendati kasus juga tinggi,” ujarnya. 

Dirut RSPI Sulianti Saroso ini menuturkan, saat ini pelayanan RSPI sudah terbagi antara Covid-19 dan Non COvid-19. Walau begitu standar pelayanan tetap diberlakukan, bagi pasien covid-19 sudah dipisahkan. Sedankan pasien rujukan walau sudah PCR positif setelah tiga hari di RSPI dicek lagi melalui PCR.

“Untuk varian baru yakni Omicron BA.2., belum terdeteksi. Intinya masyarakt tetap menjaga prokes, lakukan vaksin, untuk proteksi secara individu maupun kekebalan komunitas,” tuturnya./

Arsip

BISNISTODAY – INSPIRE YOUR BUSINESS

PERTAMINA IS THE ENERGY

TRADE EXPO INDONESIA 2025

SOROTAN BISNISTODAY

Beritasatu Network

Related Articles

Ma ruf Amin Gagas Formula Santri Pemantik Peradaban Nusantara Hari Santri
NasionalNASIONAL & POLITIK

Ma’ruf Amin Gagas Formula Santri: Pemantik Peradaban Ulama Nusantara

Jakarta, BisnisToday - Forum Musyawarah Ulama dan Santri (Formula Santri) resmi berdiri...

Purbaya Gebrak Skandal KPR Pemain di Tapera Diburu.
NasionalNASIONAL & POLITIK

Menteri Purbaya Gebrak Skandal KPR, Pemain di Tapera Diburu

JAKARTA, BisnisToday – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengguncang sektor perumahan...

Survei ISC Raport Merah Menteri Perumahan Terus Disorot
NasionalNASIONAL & POLITIK

Survei ISC, Jangan Remehkan Desakan Rakyat

JAKARTA, BisnisToday - Badai kritik kembali mengombang-ambing nama Menteri Perumahan dan Kawasan...

BPN Kota Palangka Raya: Sertifikat Elektronik Cegah Pemalsuan
NasionalNASIONAL & POLITIK

BPN Kota Palangka Raya: Sertifikat Elektronik Cegah Pemalsuan Dokumen

PALANGKA RAYA, BisnisToday - BPN Kota Palangka Raya kian gencar lakukan sosialisasi...