JAKARTA, Bisnistoday – Sektor manufaktur Indonesia masih melaju kencang di tengah gejolak ekonomi global. Pada Oktober 2025, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) menembus angka 53,50, naik dari bulan sebelumnya yang berada di posisi 53,02. Angka di atas 50 menandakan sektor ini masih berada di zona ekspansi, alias tumbuh positif.
“Dari 23 subsektor industri, sebanyak 22 masih mencatat ekspansi. Kontribusinya mencapai 98,8 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas,” ungkap Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Febri Hendri Antoni Arif, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/10).
Satu subsektor yang masih tertahan adalah industri tekstil, yang belum pulih akibat lemahnya permintaan domestik dan tingginya impor bahan baku.
Daya tahan sektor industri ini tak lepas dari kondisi ekonomi makro yang cukup stabil. Bank Indonesia menahan BI-Rate di level 4,75 persen, memberi ruang bagi dunia usaha untuk menjaga akses pembiayaan tetap murah.
Tak hanya itu, neraca perdagangan Indonesia sudah mencatat surplus selama 64 bulan berturut-turut, sementara pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan II 2025 mencapai 5,12 persen (yoy). Semua indikator ini menjadi angin segar bagi pelaku industri untuk terus melanjutkan ekspansi.
Kemenperin juga mendukung langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menindak tegas peredaran rokok ilegal dan pakaian bekas impor (thrifting). “Ketegasan seperti itu penting karena melindungi industri dalam negeri,” ujar Febri.
Sektor Unggulan Melaju, Permintaan Meningkat
Beberapa subsektor mencatat kinerja cemerlang. Industri pengolahan tembakau dan industri kertas serta barang dari kertas menjadi bintang bulan ini. Permintaan untuk kemasan makanan, minuman, dan kertas tisu meningkat pesat, seiring kebijakan pembatasan plastik sekali pakai.
Sektor otomotif juga tak mau kalah. Penjualan kendaraan listrik (EV) sepanjang Januari–September 2025 sudah mencapai 55.225 unit, melampaui total penjualan sepanjang tahun 2024. Sementara itu, industri furnitur lokal ikut terdorong lewat program Bangga Buatan Indonesia (BBI), yang membuka peluang besar melalui pengadaan barang pemerintah.
Optimisme Dunia Usaha Terus Naik
Kabar menggembirakan lainnya datang dari survei Kemenperin. Tingkat optimisme pelaku usaha terhadap enam bulan ke depan meningkat menjadi 70,5 persen, sementara tingkat pesimisme turun ke 5,4 persen.
Sebanyak 77,9 persen responden menyatakan usahanya membaik atau setidaknya stabil. “Kami melihat ada semacam rebound dari belanja pemerintah untuk produk dalam negeri,” kata Febri.
Meski begitu, pelaku industri masih berhati-hati meningkatkan produksi. Komponen produksi masih berada di level 48,57, sedikit di bawah ambang ekspansi, menunjukkan sebagian perusahaan masih memanfaatkan stok yang ada sebelum menambah output baru.
Pemerintah Fokus Dorong Daya Saing
Pemerintah memastikan kebijakan industri tetap pro-investasi dan berorientasi pada peningkatan daya saing nasional. Kemenperin terus memperkuat penggunaan produk dalam negeri (P3DN), mengendalikan impor selektif, dan menjamin energi industri dengan harga kompetitif.
Selain itu, program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) diperpanjang bagi tujuh sektor industri, disertai dorongan sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan penguatan rantai pasok berbasis sumber daya lokal.
“Dengan kinerja industri yang terus ekspansif dan kepercayaan pelaku usaha yang meningkat, sektor manufaktur akan tetap jadi motor utama pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja ke depan,” tutur Febri optimistis.//




