www.bisnistoday.co.id
Jumat , 11 Oktober 2024
Home EKONOMI Kadin Indonesia: Pemulihan Ekonomi Butuh Waktu Panjang
EKONOMI

Kadin Indonesia: Pemulihan Ekonomi Butuh Waktu Panjang

kadin indonesia
Social Media

JAKARTA, Bisnistoday- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong akselarasi pertumbuhan ekonomi dengan menjaga faktor-faktor utama, diantaranya konsumsi rumah tangga, investasi, belanja pemerintah, ekspor dan impor. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian, Johnny Darmawan menyebutkan, ke-5 Komponen tersebut memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan PDB.

“Semua komponen itu sangat berkaitan erat dengan perindustrian, perdagangan dan hubungan internasional yang saat ini tengah kita bahas bersama,” ungkap Johnny dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kadin, Kamis (10/9).

Merujuk data BPS, sebelum pandemik Covid-19 yakni di mulai kwartal ke-4 2019, Kwartal ke-1 & ke-2 2020 pertumbuhan industri pengolahan dan jasa perdagangan sudah menunjukan tren persentase yang negatif. Datangnya pandemi covid-19 memperburuk keadaan, sehingga diperkirakan akan memerlukan waktu yang cukup panjang dalam pemulihan ekonomi kedepan. 

Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, pengaruh pandemi Covid-19 mulai terlihat memberikan tekanan kepada sektor industri pada triwulan II 2020 yang pertumbuhannya terkontraksi minus 5,74%. 

Kontraksi terjadi merata di seluruh sub sektor industri manufaktur kecuali makanan-minuman, kimia-farmasi/obat-obatan, dan logam dasar. Dimana industri kimia farmasi masih tumbuh 8,65%, industri logam dasar tumbuh 2,76% serta industri kertas. Adapun industri karet, industri mesin, industri tekstil dan industri alat angkutan yang mengalami penurunan cukup dalam.

Menurut Johnny, peran bidang industri manufaktur sebagai salah satu bagian dari komponen pertumbuhan PDB sangat berperan penting dalam mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi.

“Percepatan Recovery Industri (demand & supply). Hal ini sangatlah strategis untuk kondisi saat ini, mengingat kinerja hampir semua Industri manufaktur selama pandemi Covid 19 mengalami penurunan utilisasi lebih dari 50%, sebagian industri masih bertahan, tetapi  sebagian lagi telah berhenti berproduksi. Ini menjadi tantangan untuk kita agar industri dapat terselamatkan,” ungkap Johnny.

Perdagangan Terganggu

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Benny Soetrisno mengatakan kondisi saat ini sejumlah aktivitas perdagangan terganggu karena hampir seluruh bagian negara-negara tujuan ekspor dan impor mengalami pandemi.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyebut, perdagangan global diproyeksikan akan turun hingga 13%, namun diperkirakan tidak akan mencapai skenario pesimis hingga ke minus. Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang masih mewabah di seluruh dunia dan perkembangan ekonomi beberapa negara di dunia yang mengalami resesi, secara keseluruhan selama Januari hingga Juli 2020, kinerja perdagangan Indonesia masih relatif stabil dengan surplus neraca perdagangan sebesar USD 8,7 miliar.

“Meskipun ekspor terganggu, terutama untuk beberapa produk ekspor dan negara tujuan yang mengalami pandemi lebih berat kita masih mengharapkan agar dapat melakukan ekspor ke negara-negara tujuan alternatif untuk membuat pertumbuhan perdagangan positif, inilah pentingnya untuk melakukan pemetaan komoditas ekspor dan tujuan negara ekspornya. Kita juga perlu menghidupkan kembali imbal dagang dengan negara-negara yang kurang memiliki devisa” kata Benny.

Selain perdagangan ekspor-impor, lanjut dia, perdagangan dalam negeri harus menjadi perhatian agar Indonesia bisa mengoptimalkan pasar dalam negeri yang cukup besar dengan menjaga daya beli masyarakat untuk produk-produk nasional. Pasalnya, kondisi saat ini pasar dalam negeri masih dibanjiri produk impor. 

Data Kementerian Perdagangan menyebut, sektor perdagangan dalam negeri juga terkontraksi 7,57% pada Triwulan II-2020, antara lain sebagai dampak penurunan penjualan kendaraan bermotor dan penutupan gerai ritel selama PSBB.

Benny juga mengatakan, percepatan penyerapan anggaran belanja pemerintah dan belanja BUMN dapat menjadi instrumen kebijakan fiskal yang diupayakan dapat berfungsi secara optimal untuk memulihkan perekonomian.

Tantangan Menghadang

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional, Shinta W. Kamdani mengatakan  hampir tiga tahun terakhir ekonomi dan daya saing Indonesia di pasar global digempur berbagai tantangan, mulai dari penurunan harga komoditas, perang dagang hingga currency shock. Namun, menurutnya Covid-19 membawa tantangan yang jauh lebih besar dan lebih permanen terhadap ekonomi dunia dan ekonomi nasional. 

“Lebih dari sekedar pelebaran defisit, penyusutan pertumbuhan ekonomi, penyusutan aktifitas perdagangan dan investasi pada dua kuartal terakhir yang mengancam Indonesia masuk ke dalam kondisi technical recession, krisis Covid membawa perubahan yang bersifat mendalam yang memaksa kita merevisi cara kita berinteraksi, cara kita bekerja dan cara kita hidup. transformasi ekonomi global yang dipicu 3 tahun lalu dengan perang dagang menjadi jauh lebih kompleks, lebih terakselerasi dan semakin tidak dapat dihindari di era pasca pandemic,” papar dia.

Shinta mengungkapkan, setidaknya ada 5 tantangan baru yang bersifat permanen dan menetap pada pasca pandemi yang dimunculkan oleh krisis Covid, yakni pertama, perubahan pola global supply chain menjadi lebih terdiversifikasi dan ter-regionalisasi untuk menjamin tidak hanya efisiensi, tetapi juga supply stability dan supply reliability. 

Kedua, peningkatan urgensi dan akselerasi terhadap adopsi teknologi pada berbagai aspek kegiatan usaha dan ekonomi untuk menjamin kelangsungan dan pertumbuhan usaha. Ketiga, mencuatnya concern terhadap isu kesehatan yang meningkatkan kompleksitas perang dagang, perang supremasi teknologi inovasi hingga kondisi de-globalisasi. 

Keempat, perubahan pola konsumsi global dengan munculnya generasi milenial dan generasi digital native yang sadar memiliki daya beli lebih rendah dan kurang peduli terhadap ownership tetapi sensitif terhadap isu climate crisis dan sustainability sebagai generasi konsumen baru. Kelima, perluasan mandat sosial masyarakat kepada peran pemerintah sebagai penyedia dan penjamin tersedianya barang dan jasa bagi masyarakat.

“Kelima tantangan itu bisa menjadi peluang tetapi juga menjadi boomerang bagi Indonesia, tergantung pada daya saing kita diantara negara-negara lain di dunia, khususnya dari segi efisiensi, produktifitas, dan kontektifitas,” kata dia.

Menurut Shinta, tantangan-tantangan itu juga dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia dan pelaku usaha Indonesia untuk bertransformasi untuk menjadi jauh lebih baik dari pada sebelum krisis. Dalam kondisi penuh tantangan ini, pelaku usaha Indonesia diharapkan menjadi lebih agresif, proaktif, dan cerdik dalam bertransformasi sambil memanfaatkan kerjasama internasional Indonesia dengan negara mitra./Kadin

Arsip

BISNISTODAY – INSPIRE YOUR BUSINESS

PERTAMINA IS THE ENERGY

TAWWAFI TOUR LUNCURKAN PAKET UMROH

SOROTAN BISNISTODAY

Beritasatu Network

Related Articles

Tumbas Ginting Paparkan Proses Bisnis PT Mitratani Dua Tujuh di Hadapan Dewan Komisaris PTPN I
EKONOMIEkonomi & Bisnis

Tumbas Ginting Jelaskan Proses Bisnis PT Mitratani Dua Tujuh di Depan Dewan Komisaris PTPN I

JEMBER, Bisnistoday - Tumbas Ginting paparkan proses bisnis PT Mitratani Dua Tujuh...

Batuk
EKONOMISport & Health

Tips Memilih Obat Batuk OTC yang Tepat: Panduan dari Dokter Spesialis

JAKARTA, Bisnistoday – Batuk adalah salah satu gejala paling umum yang membutuhkan perhatian, Umumnya disebabkan...

PLN Iconet
EKONOMI

Harmoni Bersama ICONNET Untuk Apresiasi Bagi Pelanggan Setia

JAMBI, Bisnistoday – Seiring Hari Pelanggan Nasional 2024, PLN Icon Plus melalui...

Barang PMI
EKONOMI

KDEI Taipei Sosialisasikan Kebijakan Barang Kiriman PMI

TAIPEI, Bisnistoday– Kantor Dagang dan Ekonomi (KDEI) Taipei menggelar sosialisasi kebijakan barang...