TANGERANG, Bisnistoday- Koperasi di Indonesia harus mampu melakukan berbagai terobosan dalam pengembangan usahanya, salah satunya, dengan masuk ke sektor produksi. Selain itu, juga harus memiliki karakter serta jati diri yang berbeda dengan koperasi di negara lain yakni bukan sekadar besar, tetapi juga mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan hal tersebut ,pada acara Hibah Rumah Siap Huni Koperasi Syariah (Kopsyah) Benteng Mikro Indonesia (BMI) di Desa Laksana, Kampung Bojong, Paku Haji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (17/3).
“Kopsyah BMI tidak hanya melakukan kegiatan ekonomi, melainkan juga membangun solidaritas sosial dan pemberdayaan masyarakat. Menurut saya, ini model koperasi yang ideal untuk dikembangkan di Indonesia,” papar Teten.
Teten mengatakan, sampai dengan Maret ini telah mencapai 293 unit rumah dibangun Kopsyah BMI untuk wilayah keanggotaan di Tangerang, Serang, Lebak, Pandeglang, dan Bogor. “Program Hibah Rumah Siap Huni ini sangat membantu anggota koperasi dan masyarakat, khususnya yang belum mampu untuk memiliki rumah layak huni,” ucapnya.
Teten berharap program yang telah dijalankan Kopsyah BMI ini dapat menjadi contoh dan direplikasi koperasi syariah lainnya.
Lebih dari itu, Teten akan terus mendorong model sirkuit ekonomi di dalam koperasi. Dimana segala kebutuhan anggota dan masyarakat lainnya bisa dipenuhi koperasi. “Kebutuhan akan rumah sakit, beras, bahan material bangunan, dan sebagainya, seharusnya mampu disediakan koperasi,” katanya.
Dengan membangun sirkuit ekonomi koperasi multipihak tersebut, lanjut Teten, dana besar yang dimiliki anggota tidak akan lari kemana-mana. Pasalnya, KSP selama ini lebih dominan membiayai sektor perdagangan. “Namun, mayoritas pedagang kita itu juga menjual produk yang dihasilkan usaha besar,” ulas MenkopUKM.
Teten berharap ada perubahan dari Syarikat Dagang menjadi Syarikat Produksi. “Koperasi harus masuk ke sektor produksi. Sehingga, koperasi bisa menjual banyak produk berkualitas yang dihasilkan para anggota,” tukas MenkopUKM.
Menurut Teten, ada banyak sektor ekonomi yang bisa dimasuki bahkan direbut koperasi. Contoh, sektor kelautan dan perikanan, yang saat ini didominasi pelaku UMKM (98%). “Itu potensi besar yang belum digarap koperasi. Ada ikan tangkap, budidaya ikan, rumput laut, dan lainnya. Bahkan, banyak tempat pelelangan ikan sudah dikelola koperasi,” jelas Teten.
Di samping itu, MenkopUKM juga mendorong koperasi untuk masuk ke sektor produk berbasis teknologi, dengan dukungan riset dari BPPT, LIPI, dan perguruan tinggi.
“Pelaku UMKM kita tidak akan menjadi besar jika tidak masuk ke global value chain. Mengapa UMKM di China besar-besar, ya karena mereka mampu membuat komponen-komponen industri, hingga elektronik,” papar Teten.
Apalagi, kata Teten, inti dari UU Cipta Kerja adalah mendorong UMKM untuk bisa menjadi bagian dari industri berbasis teknologi tinggi. “Jadi, proses ekonomi dari hulu ke hilir bisa dinikmati koperasi,” kata MenkopUKM.
Koperasi Bikin Koperasi
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Kopsyah BMI Kamaruddin Batubara menegaskan bahwa jika koperasi hanya menjalankan usaha simpan pinjam saja, tidak ada kebanggaan sama sekali. “Harus ada pemberdayaan,” tandas Kamaruddin.
Kamaruddin mengakui, dalam mengembangkan unit usaha Kopyah BMI, pihaknya tidak akan membuat perusahaan (PT). “Koperasi harus istiqomah dengan tidak akan membuat PT. Koperasi ya harus bikin koperasi dalam pengembangan usahanya,” imbuh imbuh Kamaruddin.
Saat ini, Kopsyah BMI sudah memiliki beberapa anak usaha seperti Koperasi Konsumen BMI, Koperasi Perumahan BMI, dan Koperasi Kesehatan BMI.
“Ke depan, kita akan membangun dua koperasi lagi. Yakni, Koperasi Produsen Benteng Madani Indonesia dan koperasi jasa yaitu Koperasi Marketing BMI,” ungkap Kamaruddin./