JAKARTA, Bisnistoday – Legislatif maupun eksekutif sangat suka pewangi atau pengharum ruangan. Memborong pewangi ruangan hanya untuk menghilangkan bermacam – macam bau dalam ruangan mereka. Ada bau apek, bau keringat, bau penyimpangan anggaran, atau bau – bau korupsi.
Untuk menghilangkan bau – bau apek ini semua, Legislatif atau eksekutif harus membeli, dan menyemprot Pewangi ruangan agar aparat penegak hukum tidak mencium bau – bau korupsi di ruangan gelap lembaga pemerintahan mereka.
Meskipun pengharum wangi ruangan sudah menyebar ke penjuru ruangan mereka. Namun tetap saja ada bau apek yang terkuak, dan kejanggalan tidak bisa ditutup – tutupi oleh wanginya pewangi ruangan tersebut.
Dimana dalam memborong pewangi ruangan, ada alokasi anggaran dan volume pengadaan yang sangat berbeda beda sesuai dengan selera mereka. Ditambah lagi dengan cara pengadaan yang beda beda, ada yang sewa atau langsung beli kas. Yang penting, mereka pilih pengadaan yang lebih menguntungkan buat pribadi.
Misalnya ada tahun 2023 di Kantor Pertanahan Kabupaten Bandung Barat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, mereka lebih memilih bentuk pengadaannya dalam bentuk sewa. Dan realisasi anggaran untuk menyewa pewangi ruangan selama satu tahun hanya menghabiskan anggaran sebesar Rp 25.044.000
Sedangkan di sekretariat Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bentuk pengadaan bukan sewa. Tetapi membeli atau memborong pewangi ruangan untuk jangka waktu selama dua bulan.
Alokasi anggaran yang dihabiskan untuk memborong pewangi ruangan untuk waktu dua bulan sebesar Rp 53.918.000. Dan besaran realisasi anggaran ini benar – benar cukup fantastis ,mahal, dan wajib dicurigai.
Kecurigaan akan terkuak seperti bau apek yang menyebar seperti bau yang menyengat hidung. Apabila dibandingkan Antara anggaran untuk beli atau sewa pewangi ruangan antara kantor Pertanahan dengan Sekretariat Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kantor pertanahan hanya menghabiskan anggaran sebesar Rp25.044.000, maka rata – rata tiap bulan sekitar Rp 2 juta-an. Sedangkan sekretariat Jenderal Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigras tiap bulan akan menghabiskan sebesar Rp 26,9 juta per bulan.
Maka untuk itu, kami dari CBA (Center For Budget Analisis) meminta kejaksaan Agung untuk segera membuka penyelidiki atas para eksekutif atau legislatif yang suka memborong pewangi ruangan.
Dan jangan lupa juga harus membuka penyelidiki pada kasus sewa pengharum ruangan, Pertama, di Dinas pekerjaan Umum sumberdaya air di Provinsi Jawa Timur, dimana setiap bulan uang negara habis sebesar Rp 33,7 juta per bulan
Kedua, di sekretariat DPRD kabupaten Sleman membeli dua kali pengharum ruang. Dan pewangi ini digunakan mulai 1 Oktober sampai Desember 2023, dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp.17 juta perbulan.
Terakhir di Sekretariat DPRD Kota Surabaya, yang berani Sewa Pengharum untuk Toilet selama satu tahun dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 92.567.340. Oooh sungguh dahsyat dalam menghabiskan uang negara.
Jakarta, Mei 2024
Oleh : Uchok Sky Khadafi, Direktur Centre For Budget Analysis (CBA)