JAKARTA, Bisnistoday- Berdasarkan angka yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8), ekonomi Indonesia pada triwulan II 2020 terkontraksi sebesar 5,32 persen (YoY) dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2020 dibandingkan dengan semester I-2019 terkontraksi 1,26 persen.
“Berdasarkan kelompok pengeluaran, secara tahunan kontraksi di kuartal II-2020 terjadi akibat konsumsi rumah tangga yang minus 5,51 persen.”
Suhariyanto
Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2020 mencapai Rp3.687,7 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.589,6 triliun. Kontraksi tersebut terjadi akibat guncangan sangat dalam yang terjadi pada berbagai sektor.
“Berdasarkan kelompok pengeluaran, secara tahunan kontraksi di kuartal II-2020 terjadi akibat konsumsi rumah tangga yang minus 5,51 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 60 persen dari kontribusi terhadap PDB. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di kuartal 2 terkoreksi sangat dalam,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, Rabu (5/8).
Tercatat semua struktur pertumbuhan PDB pada kuartal II-2020 mengalami penurunan. Hal tersebut diantaranya, Konsumsi Rumah Tangga : -5,51%, PMTB [Investasi] : -8,61%, Konsumsi Pemerintah : -6,90%, Konsumsi Lnprt : -7,76%, Ekspor : -11,66%, Impor : -16,96%, dengan total : – 5,32%.
Jaga Keseimbangan Ekonomi
Menanggapi hal tersebut, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Pemerintah sedang menyeimbangkan analogi “gas dan rem” seperti dalam mengendarai mobil untuk menjaga roda perekonomian agar segera pulih dari dampak Covid-19 memasuki kuartal III- 2020. Pertama, pemerintah menjaga bidang kesehatan seperti penemuan vaksin dan distribusi insentif tenaga kesehatan.
“Kuncinya mengendalikan gas dan rem menjadi penting. Diantara gas dan rem ini adalah faktor kesehatan, tenaga kesehatan dan vaksin. Vaksin sedang dipersiapkan untuk diproduksi oleh Biofarma baik tahun 2020 maupun 2021. Beberapa perusahaan dalam tanda petik sudah dalam clinical trial ke-2 dan ke-3, baik yang bekerjasama dengan Sinovac, Senexin, Sinopharm, CEPI, yang terkait dengan Oxford dan yang lain,” jelasnya dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta.
Terkait dengan “gas” yang harus didorong, ungkap Airlangga, adalah terkait Jaring Pengaman Sosial (JPS), Jaring Pengaman Sektor Riil (JPRS) dan sumber-sumber pendanaan pemerintah melalui sistem penjaminan. Sedangkan yang menjadi sabuk pengamannya adalah (seat belt) adalah Jaring Pengaman Sektor Keuangan.
“Di seluruh dunia maupun di Indonesia, penyebaran wabah Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Dampak krisis kesehatan memberikan efek domino terhadap aspek sosial, ekonomi, serta keuangan seiring dengan pembatasan aktivitas masyarakat dalam rangka membatasi penyebaran wabah,” tutur Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi Kemenko Bidang Perekonomian, Rabu (5/8), di Jakarta.
Menurut Airlangga, kontraksi tersebut juga dialami sebagian besar negara di dunia seperti Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, dan Singapura yang juga merupakan beberapa negara yang dinyatakan sudah masuk ke dalam jurang resesi. Negara-negara tersebut mengalami angka pertumbuhan negatif di triwulan II tahun 2020, setelah sebelumnya terkontraksi di triwulan pertama.