MEDAN, Bisnistoday – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof Rully Indrawan menegaskan bahwa pelaku UMKM merupakan nyawa dan roh bagi pertumbuhan ekonomi nasional. “Oleh karena itu, kita jangan kecilkan dan rendahkan mereka. Jangan anggap sepele pelaku UMKM,” tandas Prof Rully, saat memberikan kuliah umum di Universitas Panca Budi Medan, Sumatera Utara, Senin (30/11).
Dari 64 juta pelaku usaha yang ada di Indonesia, 99,99% diantaranya adalah UMKM. Dari jumlah itu, 90% merupakan pelaku usaha mikro, seperti pedagangan kaki lima, penjual bakso, dan sebagainya. “UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 97%,” ujar Prof Rully.
Maka, lanjut Prof Rully, selain jangan mengecilkan peran UMKM, dirinya mengajak kalangan kampus untuk mempersiapkan diri menjadi pelaku usaha. Selain itu, perlu adanya kebijakan yang berpihak pada UMKM. “Muncullah yang dinamakan UU Cipta Kerja,” sebut Prof Rully.
Menurut Prof Rully, di tengah pandemi seperti sekarang, pemerintah harus berada di depan. Karena, hanya belanja pemerintah yang bisa menggerakkan ekonomi. Untuk itu, alokasi APBN pun mengalami refocussing. Yakni, untuk jaring pengaman sosial, kesehatan, dan pemulihan ekonomi.
“Yang pertama dibidik adalah UMKM. Saat ini, semua menteri fokus dan bicara UMKM. Karena, di masa pandemi ini, yang mampu menggerakkan ekonomi bangsa hanya UMKM,” kata Prof Rully.
Untuk usaha mikro, saat ini sudah menikmati Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta perorang. “Ada yang jualan di sekolah, tapi sekolahnya tutup, sehingga modal tergerus untuk kebutuhan sehari-hari. Pemerintah hadir melalui program hibah BPUM,” jelas Prof Rully.
Tahun ini, telah disiapkan sebesar Rp28 triliun bagi 12 juta pelaku usaha mikro yang bisa mendapatkan Banpres Produktif. “Tahun depan, In Syaa Allah, akan ditambah lagi. Karena butuh stimulus-stimulus agar ekonomi bergerak,” ucap Prof Rully.
Di samping itu, ada juga program relaksasi kredit, subsidi bunga, dan lainnya. Untuk koperasi, ada LPDB KUMKM. “Semua itu dilakukan agar ekonomi masyarakat bisa jalan dan bergerak. Pelaku ekonomi harus bangkit lagi,” tegas Prof Rully.
Hal itu dijalankan karena rontoknya bisnis UMKM bukan hanya dari sisi supply saja, melainkan juga terkena pada sisi demand.
Butuh Koperasi
Untuk mempercepat pergerakan UMKM, Prof Rully mendorong para pelaku UMKM untuk bergabung dalam wadah koperasi. “Saat ini, koperasi sebagai agregator ekonomi nasional,” imbuh Prof Rully.
Bagi Prof Rully, bila pelaku UMKM jalan sendiri-sendiri, maka akan sulit untuk berkembang. Bahkan, sesama mereka bisa saling menjatuhkan. “Dengan UMKM tergabung dalam koperasi, akan memiliki bargaining position yang kuat, termasuk dalam menentukan harga jual produknya,” jelas Prof Rully.
Menurut Prof Rully, pelaku UMKM membutuhkan koperasi sebagai agregator. Nantinya, UMKM fokus dalam memproduksi, sedangkan koperasi yang akan mengurus penjualan, bahan baku, akses pembiayaan, hingga perijinan. “Itulah makna berkoperasi,” tegas Prof Rully.
Lebih dari itu, kata Prof Rully, saat ini koperasi berdiri karena ada kebutuhan dari pelaku UMKM. “Koperasi adalah instrumen bagi UMKM,” tukas Prof Rully.
Sementara terkait peran perguruan tinggi, Prof Rully mengajak setiap kampus untuk membangun jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa. “Ketika para mahasiswa lulus nanti, mereka tidak masuk ke dalam golongan pencari kerja, tapi sudah mampu menciptakan lapangan kerja,” pungkas Prof Rully./