JAKARTA, Bisnistoday – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (23/07) ditutup melemah 8,12 poin ke posisi 7.313,85. Sementara indeks LQ45 naik 0,01 poin ke posisi 923,26
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Selasa (23/07) menyebut, sentimen eksternal dan internal menopang pergerakan indeks IHSG. Dari eksternal, bursa regional Asia bergerak cenderung mixed, tampak pelaku pasar mengalihkan perhatian pada kebijakan pemerintah Jepang, kebijakan moneter China, dan penantian rilis kinerja semester I-2024 emiten.
Pasar tampaknya merespons pernyataan pejabat senior partai yang berkuasa Toshimitsu Motegi yang mendesak Bank of Japan (BOJ) untuk lebih jelas mengkomunikasikan rencananya dalam menormalisasi kebijakan moneter melalui kenaikan suku bunga yang stabil, dan menambahkan bahwa penurunan yen yang berlebihan berdampak negatif terhadap perekonomian.
Perdana Menteri Fumio Kishida juga mengatakan bahwa normalisasi kebijakan moneter bank sentral akan mendukung transisi Jepang menuju pertumbuhan perekonomian.
Sementara itu, pasar juga merespon kebijakan moneter bank sentral China yang menurunkan suku bunganya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pemangkasan suku bunga ini sebagai upaya menanggulangi melemahnya perekonomian China.
Di sisi lain, pasar menanti rilisnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) minggu ini untuk memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Fokus para pelaku pasar meliputi estimasi awal untuk pertumbuhan PDB Q2, pengeluaran dan pendapatan pribadi, serta indeks harga Personal Consumption Expenditures (PCE).
Dari internal, Bank Indonesia (BI) dalam hasil surveinya mengindikasikan penyaluran kredit baru pada kuartal II-2024 meningkat. Meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit baru tersebut terjadi pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit konsumsi.
Pada kuartal -III 2024 penyaluran kredit baru diprakirakan melanjutkan peningkatan dengan SBT prakiraan penyaluran kredit baru sebesar 93,6 persen, yang memberikan indikasi bagaimana pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan prospek ekonomi dalam negeri yang relatif terjaga.
Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor menguat yaitu dipimpin sektor teknologi sebesar 4,55 persen, diikuti oleh sektor kesehatan dan sektor barang baku yang masing- masing naik sebesar 10,66 persen dan 0,43 persen.
Sedangkan, enam sektor turun yaitu sektor energi turun paling dalam minus 1,00 persen, diikuti oleh sektor industri dan sektor barang konsumen primer yang masing- masing turun minus 0,81 persen dan 0,57 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu OKAS, PTMP, RMKO, BSBK dan MHKI. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni ISEA, GRIA, KPIG, GEMS dan LABS.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.060.097 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 29,32 miliar lembar saham senilai Rp8,46 triliun. Sebanyak 267 saham naik, 308 saham menurun, dan 220 tidak bergerak nilainya.
Baca juga: IHSG Melemah, Kurs Rupiah Menguat
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 4,60 poin atau 0,01 persen ke 39.594,39, indeks Hang Seng menguat 116,52 poin atau 0,94 persen ke 17.469,35, indeks Shanghai melemah 48,84 poin atau 1,65 persen ke 2.915,37, dan indeks Strait Times melemah 23,89 poin atau 0,70 persen ke 3.461,15.
Rupiah Menguat
Di pasar uang, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 6 poin menjadi Rp16.214 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.220 per dolar AS.
Analis Finex Brahmantya Himawan seperti dikutif Antara mengatakan, penguatan dipengaruhi oleh para pelaku pasar yang melihat prospek optimisme Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk melanjutkan program yang dilakukan Jokowi serta mendapat hasil positif dari program dua periode kepemimpinan Jokowi. Selain itu, potensi besar pemangkasan suku bunga The Fed yang terjadi pada September, besar kemungkinan ekonomi Indonesia tumbuh dan kuat yang selanjutnya berimplikasi terhadap nilai tukar rupiah ke depannya.
Pemerintahan baru Prabowo-Gibran mendapat tantangan untuk mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 ke depannya untuk merealisasikan janji politiknya mengenai, makan siang gratis, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) serta kenaikan gaji PNS yang masuk ke dalam anggaran belanja serta membebani APBN sehingga hanya akan memiliki sedikit ruang bagi pemerintahan baru untuk merealisasikan program-program unggulan lainnya.
Namun, Presiden terpilih Prabowo optimistis bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh hingga 8 persen pada masa kepemimpinannya dan melihat hasil dari program-program yang sudah dijalankan Presiden Jokowi selama dua periode.
Di sisi eksternal, reaksi pasar terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk mundur dari pemilu dan digantikan oleh Kamala Harris pada akhir pekan tidak terlalu signifikan dan pergerakan dolar AS juga masih tergolong stabil, meskipun ada sentimen ketidakpastian yang menyelimutinya.
Namun, potensi pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate pada September 2024 terasa sangat dekat karena mayoritas pedagang dan investor mendukung penurunan, di samping itu survei yang dilakukan CBS setelah “insiden penembakan” mayoritas dimenangkan oleh Donald Trump yang memiliki latar belakang seorang pebisnis tentunya akan lebih merestui pemangkasan suku bunga.
Menurut Brahmantya, yang perlu diperhatikan ialah jika Trump memimpin dan menjadi Presiden AS, genderang perang dengan China tidak terhindarkan karena Trump berencana membuat kebijakan yang tidak menguntungkan China seperti menaikkan pajak mobil listrik dari negara itu.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa meningkat ke level Rp16.204 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.228 per dolar AS./