JAKARTA, Bisnistoday – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) padaperdagangan Rabu (17/07) ditutup melemah tipis 0,06 poin ke posisi 7.224,22. Sementara indeks LQ45 naik 5,51 poin ke posisi 910,06. Indeks bursa regional Asia seiring optimisme pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve (The Fed).
“Bursa regional Asia bergerak cenderung menguat, tampaknya masih ditopang reaksi optimis pasar akan pemangkasan suku bunga acuan The Fed,” sebut Tim Riset PIlarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu (17/07).
Pasar memiliki pandangan bahwa suku bunga The Fed akan mulai dipangkas pada September tahun ini. Pasar merujuk data Retail Sales Advance bulanan Amerika Serikat (AS) yang turun dari sebelumnya 0,3 persen menjadi 0 persen, yang memberikan pandangan bagaimana ketahanan konsumen yang masih lemah dalam mendukung prospek pertumbuhan ekonomi AS.
Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan menjadi sebesar 93,3 persen pada September 2024.
Katalis lainnya datang dari hasil survei Japan Reuters Tankan yang menunjukkan terjadinya peningkatan optimisme pebisnis. Terakhir, International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook (WEO) yang memperkirakan perekonomian global akan mengalami pertumbuhan moderat selama dua tahun ke depan.
Dari dalam negeri, International Monetary Fund (IMF) juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 tetap di level 5 persen. Asian Development Bank (ADB) juga mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen untuk 2024 atau di bawah target pemerintah yang sebesar 5,2 persen.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada hari ini, Rabu (17/07) memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuannya di level 6,25 persen.
Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG bergerak ke zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, lima sektor menguat dipimpin oleh sektor barang konsumen primer yang naik sebesar 0,76 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor keuangan yang masing-masing naik sebesar 0,57 persen dan 0,39 persen.
Sedangkan, enam sektor turun yaitu sektor kesehatan turun paling dalam minus 0,42 persen, diikuti oleh sektor teknologi barang baku dan sektor teknologi yang masing-masing turun sebesar 0,32 persen dan 0,25 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu IOTF, MSKY, BSBK, BABP dan ISEA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni RICY, KIJA, BREN, LIVE dan NASI.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.090.940 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 28,04 miliar lembar saham senilai Rp11,68 triliun. Sebanyak 287 saham naik 251 saham menurun, dan 250 tidak bergerak nilainya.
Baca juga: Awal Pekan IHSG Melemah, Rupiah Menguat
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 177,40 poin atau 0,43 persen ke 41,097,69, indeks Hang Seng menguat 11,42 poin atau 0,06 persen ke 17.739,41, indeks Shanghai melemah 13,43 poin atau 0,45 persen ke 2.962,86, dan indeks Strait Times menguat 1,66 poin atau 0,05 persen ke 3.489,57.
Rupiah Menguat
Di pasar uang, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 80 poin menjadi Rp16.100 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.180 per dolar AS. Penguatan sejalan dengan keputusan Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6,25 persen sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Bl mempertahankan suku bunga kebijakan di level 6,25 persen,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti dikutif Antara.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 16-17 Juli 2024, BI juga menahan suku bunga deposit facility sebesar 5,5 persen, dan suku bunga lending facility di level 7 persen.
Selain itu, penjualan ritel Amerika Serikat (AS) pada Juni 2024 turun menjadi 0 persen month to month (mom) dari 0,3 persen mom pada Mei 2024, namun masih lebih tinggi dari perkiraan -0,1 persen mom.
Data tersebut mencerminkan bahwa perlambatan permintaan ritel pada Juni 2024 tidak sedalam yang diperkirakan. Selain itu, salah satu indikator inflasi impor, Import Price Index, membaik pada Juni 2024.
Import Price Index pada Juni 2024 tercatat 0,0 persen mom dari -0,2 persen mom pada periode sebelumnya, menunjukkan tingkat harga barang impor yang stabil. Hal ini membuat dolar AS terapresiasi hingga menyentuh 104,5.
Namun apresiasi dolar AS terpangkas karena pernyataan pejabat The Fed, Gubernur Federal Reserve, Adriana Kugler, menyatakan jika kemajuan disinflasi terus berlanjut meskipun pasar tenaga kerja resilien, maka sudah sepantasnya bank sentral AS atau The Fed menurunkan suku bunga kebijakannya pada tahun 2024.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan dukungan terhadap sikap dovish pada pertemuan FOMC berikutnya dan ekspektasi yang lebih tinggi terhadap dua kali penurunan suku bunga pada tahun 2024.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu naik ke level Rp16.129 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.203 per dolar AS./