JAKARTA, Bisnistoday – Rencana pembentukan Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon (BPPPI-TNK) oleh pemerintah baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan menjadi pemersatu setiap kementerian memiliki KPI untuk menurunkan karbon sesuai target. Badan ini akan bertindak sebagai “superbody” yang mengatur regulasi karbon lintas kementerian.
“Regulator baru ini akan menjadi pemersatu bagi semua kementerian, dengan setiap kementerian memiliki KPI
untuk menurunkan karbon sesuai target,” jelas Pengamat Ekonomi yang juga Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Ferry Latuhihin dalam acara Energy Forum 2024 oleh Tje Iconomics dengan tema besar “Masa Depan Ketahanan dan Pemerataan Energi Menuju Indonesia Emas di Jakarta, Rabu (11/09).
Oleh karena itu, kata Ferry, acara Indonesia Energy Forum 2024 menjadi momentum penting bagi para pemangku kepentingan untuk memperkuat ketahanan energi nasional.
Acara tersebut dibuka CEO The Iconomics, Bram S Putro serta Direktur DTC ITB Prof Dr Agus Budiyono. Sedangkan bertindak sebagai pembicara adalah Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasiona (Aspermigas), Mustika Saleh, Pengamat Ekonomi dan anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Prof Ferry Latuhihin, Wakil Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Bima Putrajaya, dan Manajer Aneka Energi IPP, Ferdinan Manullang.
Sementara bertindak sebagai moderator adalah Gema Sasmita. Gema tampil percaya diri, dan mampu membawa suasana diskusi yang interaktif dan penuh wawasan.
Gema, dengan keterampilannya sebagai moderator, berhasil mengarahkan diskusi menuju solusi konkret untuk masa depan energi Indonesia yang lebih cerah.
Tantangan BT Masih Banyak
Dalam kesempatan tersebut, Ferry Latuhihin juga mengatakan bahwa tantangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih banyak, terutama dalam aspek efisiensi. Adopsi EBT masih didorong oleh kebutuhan global dan investor, bukan sekadar kebutuhan domestik.
Baca juga:Kebijakan Transisi Energi dan Solusi Rendah Karbon
Ferry menyatakan, Indonesia harus menghadapi ancaman krisis energi dan perubahan iklim dengan kebijakan yang lebih kuat, baik di level domestik maupun global. Menurutnya, adopsi EBT masih didorong oleh kebutuhan global dan investor, bukan sekadar kebutuhan domestik.
Pembicara lain, Bima Putrajaya menyoroti keberhasilan dan tantangan dalam transisi energi nasional. Ia menyebutkan bahwa PLN telah menunjukkan capaian yang positif dalam mengadopsi energi terbarukan, namun masih banyak pekerjaan rumah untuk memaksimalkan potensinya.
Dalam sesi penutupan, Gema Sasmita menyampaikan kalimat penuh makna, “Meskipun transisi energi penuh tantangan, kita punya potensi energi terbarukan yang melimpah. Mari kita manfaatkan dengan bijak, berinovasi, dan berkolaborasi,” seraya menutup acara tersebut./