www.bisnistoday.co.id
Sabtu , 17 Mei 2025
Home LIFESTYLE Fakta Negara Maju Sukses Bangun Sepak Bola dari Sekolah
LIFESTYLESport & Health

Fakta Negara Maju Sukses Bangun Sepak Bola dari Sekolah

negara maju sukses bangun sepak bola dari sekolah.
Potensi besar bibit muda sepak bola berbakat Indonesia ada di sekolah.
Social Media

JAKARTA, Bisnistoday – Di tengah keterbatasan dana yang dimiliki PSSI sudah saatnya kita memikirkan ulang strategi pembangunan sepak bola nasional yang bermuara pada posisi Tim Nasional (Timnas) dalam persaingan dunia.

Alih-alih mengharapkan Liga 3 dan Liga 4 yang belum menunjukkan dampak signifikan secara jangka panjang, perhatian seharusnya mulai difokuskan kepada potensi terbesar yang justru sering terabaikan para pelajar.

Indonesia memiliki jutaan pelajar yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan semangat muda, daya juang tinggi, dan mimpi besar untuk mengharumkan nama bangsa.

Mereka bukan hanya aset masa depan, tetapi juga kekuatan riil yang, jika dibina dengan tepat, dapat menjadi fondasi kokoh bagi kebangkitan sepak bola Indonesia.

Sistem Terintegrasi

Membangun sistem pembinaan sepak bola di level pelajar melalui kompetisi antarsekolah yang terstruktur, akademi sepak bola di tiap daerah, hingga integrasi dengan kurikulum pendidikan akan melahirkan generasi pesepak bola yang matang sejak dini, punya karakter, dan berdaya saing internasional.

Skema ini jauh lebih berkelanjutan dan efisien secara anggaran, sekaligus memperluas jangkauan pencarian bakat secara masif.

Sepak bola bukan hanya soal pertandingan, tapi soal pembangunan karakter dan ekosistem, dan tak ada tempat yang lebih strategis untuk memulainya selain dari sekolah-sekolah kita.

“Inilah saatnya PSSI berani berinvestasi pada akar rumput yang sesungguhnya para pelajar Indonesia, bukan patokannya SSB, yang notabene tidak menyebar di daerah karena berbayar,” ujar Syaiful Amri mantan wartawan sepak bola.

Lalu apakah ada negara-negara yang sukses memaksimalkan potensi pelajar/sekolah dalam membangun kekuatan sepak bolanya?

“Banyak sekali, dan itu bukan rahasia umum. Persoalannya apakah PSSI mau berinvestasi pembinaan di sektor sekolah,” kata dia.

Contoh Negara

Syaiful Amri juga memberikan beberapa contoh seperti Jepang. “Jepang adalah contoh paling konkret di Asia,” tuturnya.

Sepak bola di level pelajar sangat terstruktur lewat All Japan High School Soccer Tournament, sebuah kompetisi nasional yang digelar rutin sejak 1917.

Banyak pemain timnas Jepang lahir dari sistem ini sebelum masuk klub profesional.

“Kompetisi ini punya daya tarik besar, bahkan disiarkan nasional dan ditonton jutaan orang setiap tahunnya. Contoh suksesnya banyak,” ungkapnya.

Misalnya, Takefusa Kubo dan Ritsu Doan adalah produk dari sistem pembinaan usia muda yang kuat sejak sekolah.

Dukungan dari sekolah dan pemerintah sangat besar, dengan fasilitas latihan dan pelatih berkualitas.

Jerman Revolusi Sepak Bola dari Sekolah

Contoh lainnya di Jerman. Setelah kegagalan di Piala Eropa 2000, Jerman melakukan revolusi sistem pembinaan.

Mereka membangun lebih dari 360 pusat pelatihan untuk anak-anak usia sekolah di seluruh negeri, yang terintegrasi dengan sekolah dan klub lokal.

“Anak-anak berbakat dibina sejak usia sangat dini sambil tetap fokus pada pendidikan formal,” kata dia.

“Ingat lho Mario Götze dan Thomas Müller adalah lulusan sistem pembinaan terintegrasi dari sekolah, bukan SSB apalagi akademi,” kata dia.

Apalagi, Bundesliga mewajibkan klub memiliki akademi usia muda, yang merekrut banyak dari sekolah.

Selanjutnya di Prancis. Prancis punya sistem akademi yang terhubung langsung dengan sekolah, seperti Clairfontaine, akademi nasional yang jadi model dunia.

“Anak-anak berlatih sambil tetap sekolah, menghasilkan pemain top dunia,” kata dia.

Prancis Pembinaan Sepak Bola dari Sekolah

Contoh sukses lainnya, pemain yang berhasil dari pembinaan di sekolah adalah Kylian Mbappé.

“Ia adalah lulusan akademi Clairefontaine, direkrut dari sekolah lokal karena bakatnya,” tuturnya.

Sistem ini menyaring ribuan anak sekolah dari seluruh Prancis tiap tahun.

Selanjutnya ada Korea Selatan. Mirip Jepang, Korea punya sistem kompetisi antarsekolah yang sangat ketat dan bergengsi, dari level SD hingga SMA.

Mereka juga punya sistem beasiswa atlet untuk pemain muda berbakat agar tetap bersekolah dan berlatih.

“Son Heung-min memulai karier di akademi sekolah sebelum akhirnya bergabung dengan tim profesional dan kemudian ke Eropa,” kata Mas Ipul-sapaan akrab Syaiful Amri.

Korea Selatan Contoh Ideal

Anggota PWI Pusat ini menambahkan, Korea Selatan aktif membina pemain dari sekolah dan mengirim pelatih-pelatih ke level pelajar.

Kesimpulannya negara-negara ini sukses bukan karena banyaknya liga profesional level bawah, tapi karena fondasi pembinaan usia muda yang kuat di lingkungan pendidikan.

“Mereka paham, bibit unggul lahir di usia muda dan sekolah adalah tempat yang paling efektif untuk menemukannya,” pungkas Syaiful Amri pria asal Kota Bandar Lampung itu.

 

Arsip

BISNISTODAY – INSPIRE YOUR BUSINESS

PERTAMINA IS THE ENERGY

TAWWAFI TOUR LUNCURKAN PAKET UMROH

SOROTAN BISNISTODAY

Beritasatu Network

Related Articles

drg. Usman Sumantri, Msc - Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI./
Sport & Health

Peduli Perawatan Gigi dan Mulut, Lion Wings Siapkan Bus Periksa Gigi Keliling

SURABAYA, Bisnistoday – PT Lion Wings, melalui brand andalannya yakni Ciptadent, Systema, Barakat, dan Kodomo...

Sport & Health

Asosiasi SPA Terapis Indonesia DPC Depok Gelar Lomba Kejuaraan Terapis

DEPOK, Bisnistoday – Asosiasi SPA Terapis Indonesia (DPC Depok) menyelenggarakan Lomba Kejuaraan...

Ikan Gabus bermanfaat penyebuh luka./
Sport & Health

Minyak Ikan Gabus Bisa Percepat Penyembuhan Luka Pasca Operasi

JAKARTA, Bisnistoday – Terkadang, proses penyembuhan pasca operasi, baik operasi caesar maupun...

Bhayangkara Presisi Lampung FC
LIFESTYLESport & Health

Bhayangkara Presisi Lampung FC Anti Uang APBD?

JAKARTA, BisnisToday - Keberanian Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal membuka ‘investasi’ Bhayangkara...