AKARTA, Bisnistoday- Di tengah berlanjutnya aksi jual oleh investor asing, Indeks Harga Saham Habungan (IHSG) pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (7/4) masih menguat 33,85 poin ke posisi 6.036,62 poin. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 4,11 poin atau 0,46 persen ke posisi 904,13.
Menurut analis Foster Asset Management, Suharto penguatan IHSG hari ini didorong dari beberapa sektor yang masih optimal yaitu dari sektor perdagangan dan infrastruktur.
“Kemudian dari sentimen domestik, data PMI dan inflasi menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini mencerminkan masyarakat sudah mulai aktif belanja lagi, ditambah mendekati bulan puasa dan Lebaran,” ujar dia di Jakarta, Rabu (7/4).
Dibuka menguat, IHSG mayoritas menghabiskan waktu berada di zona hijau hingga ditutup menguat pada akhir perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor meningkat dengan sektor teknologi naik paling tinggi yaitu 1,41 persen, diikuti sektor energi dan sektor barang konsumen primer masing-masing 1,2 persen dan 0,75 persen.
Sedangkan dua sektor terkoreksi yaitu sektor transportasi & logistik dan barang baku turun masing-masing minus 0,26 persen dan minus 0,08 persen.
Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing atau net foreign sell sebesar Rp587,86 miliar.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.106.058 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 22,3 miliar lembar saham senilai Rp9,02 triliun. Sebanyak 251 saham naik, 225 saham menurun, dan 164 saham tidak bergerak nilainya.
Rpiah Pun Menguat
Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta ditutup menguat seiring mulai melandainya imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat.
Rupiah ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.495 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.505 per dolar AS.
“Dalam beberapa hari terakhir memang cenderung stabil dan menguat sedikit demi sedikit sejalan dengan US treasury 10-year dan indeks dolar yang mulai menurun,” kata analis pasar uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto.
Imbal hasil obligasi terus turun dari level tertinggi, mengurangi kekhawatiran akan kenaikan inflasi. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun 7 basis poin menjadi 1,65 persen pada Selasa (6/4).
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,64 persen. “Memang penurunan US treasury saya rasa karena faktor teknikal, karena sudah mencapai level-level tertingginya selama lebih dari setahun. Tapi secara umum memang ekonomi AS diperkirakan akan pulih lebih cepat dari ekspektasi,” ujar Rully./