JAKARTA, Bisnistoday – Mudik lebaran sudah menjadi tradisi Bangsa Indonesia. Di negara lain ada Imlek (China), Natal (Eropa) dan Thanksgiving (AS). Libur masa Lebaran, selain untuk mudik ke kampung halaman dan bersilaturahmi dengan keluarga, teman atau kerabat, juga dimanfaatkan untuk berwisata.
Sudah menjadi tradisi, berwisata bersama keluarga sudah menjadi agenda yang tidak dilewatkan selama libur masa lebaran. Tradisi mudik tidak hanya memindahkan manusia, tetapi juga menggeser pola berlalu lintas dan denyut mobilitas warga antarkota. Momen Lebaran akan memicu mobilitas masyarakat di sejumlah daerah serta peningkatan angka kunjungan di sejumlah obyek wisata, produk lokal dan kuliner di sejumlah daerah.
Hanya saja, efek kebijakan pemerintah yang kurang tepat menyebabkan perputaran uang selama Lebaran tahun 2025 turun sekitar Rp20 triliun. Data dari Bank Indonesia (2025), perputaran uang selama lebaran tahun 2021 sebesar Rp 154,5 triliun, tahun 2022 (Rp 150 triliun), tahun 2023 (Rp 240 triliun), tahun 2024 (Rp 157,3 triliun) dan tahun 2025 diperkirakan Rp 137,9 triliun.
Jumlah pemudik menurun akibat tekanan ekonomi. Para ASN muda, misalnya, lebih baik mengurangi pendapatannya untuk membayar cicilan rumah dan kendaraan, sehingga mereka memilih tidak mudik.
“Sayangnya data pasti untuk moda darat belum valid, masih sebatas perkiraan. Jumlah mudik motor lewat jalan raya tidak ada. Realisasi mudik gratis tak ada. Yang ada hanya kuota mudik gratis”
Terlebih mengkhawatirkan, laporan INDEF menunjukkan, realisasi penerimaan pajak dari konsumsi masyarakat turun drastis dari Rp35,6 triliun menjadi Rp 2,58 triliun sejak awal tahun. Konsumsi masyarakat yang anjlok mengakibatkan jumlah pemudik menurun. Hanya 10,1 juta pemudik tercatat H-10 hingga H+2, lebih sedikit 563.000 dibandingkan dengan 2024.
Jumlah pemudik turun, kejadian kecelakaan juga menurun. Kejadian kecelakaan lalu lintas pada masa Lebaran 2025 tercatat sebanyak 4.640 kecelakaan atau turun sebesar 34,31 persen jika dibandingkan masa Lebaran tahun 2024.
Data Kenaikan Semu
Kenaikan pemudik menggunakan moda transportasi darat belum menunjukkan angka yang pasti, seperti di moda KA, pesawat, kapal penyeberangan dan kapal laut.Penyelenggaraan mudik lebaran sudah bertahun-tahun, namun untuk mendapatkan angka realisasi pemudik belum didapat angka secara pasti.
Angka yang dikumpulkan hanya sebatas kuota yang disediakan, baik pemudik menggunakan program Bus Mudik Gratis maupun kuota yang disediakan PO Bus reguler. Data tersebut tentunya akan bermanfaat untuk membuat program perencanaan penyelenggaraan mudik lebaran akan datang.
Diatas kertas, penyelenggaraan mudik gratis tahun ini makin bertambah, tidak hanya menggunakan bus namun ada moda KA dan kapal. Selain Kemenhub dan BUMN, juga banyak Perusahaan Swasta dan Parpol menyelenggarakan mudik gratis.
Benahi Pendataan
Lancar di jalan tol namun tersendat di jalan arteri yang tidak terpantau. Kebijakan satu arah tidak dapat dipertahankan selamanya. Keterbatasan kapasitas prasarana dan anggaran menjadi kendala.
Usai masa mudik lebaran, segeralah pemerintah membuat program untuk lebaran tahun depan. Jangan menunggu tahun depan mendekati masa mudik lebaran, baru dikeluarkan program baru. Program yang akan diputuskan masa mudik lebaran 2016, minimal 6 bulan sebelum masa mudik lebaran sudah diputuskan.
Mengalihkan pemudik menggunakan angkutan umum akan mendukung kebijakan ketahanan energi. Mengurangi pemudik motor dengan membatasi dimuat 2 orang setiap sepeda motor turut mengurangi angka kejadian kecelakaan.Membenahi pendataan pemudik dan membuat program baru sangat dinantikan untuk musim mudik lebaran 2026.
Jakarta, April 2025
Oleh : Djoko Setijowarno, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat/