JAKARTA, Bisnistoday- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun ini menargetkan investasi di subsektor mineral dan batu bara (minerba) sebesar 5,98 miliar dolar AS. Target investasi ini mengalami penurunan dari target 2020 yang sebesar 7,7 miliar dolar AS.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin saat konferensi pers secara virtual, di Jakarta, Jumat (15/1) mengatakan, penurunan target investasi ini karena realisasi investasi minerba pada 2020 hanya sebesar 4 miliar dolar AS yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, sejumlah faktor yang menjadi kendala terhadap realisasi investasi pada 2020, yakni kesulitan operasional hingga mobilisasi personil yang terbatas, sebagai dampak dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pandemi Covid-19.
Untuk mencapai realisasi investasi tahun ini, Kementerian ESDM pun berupaya untuk memfasilitasi badan usaha atau calon investor dalam menyediakan informasi yang seluas-luasnya.
“Yang paling praktis saat ini, kami menyediakan dokumen-dokumen berupa info memo yang jelas, informasi awalnya seperti apa, apa yang mau diinvestasikan, kondisi dan cadangannya seperti apa, regulasinya bagaimana. Kami layani sebaik-baiknya untuk penyediaan informasi,” kata Ridwan.
Selain itu, Kementerian ESDM juga berkoordinasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal agar mekanisme investasi yang diterapkan harmonis, sehingga memudahkan calon investor.
Sebagai tambahan, pada 2021, subsektor minerba memiliki empat kegiatan prioritas. Pertama dari regulasi, direncanakan ada 4 kebijakan yang akan terbit yang mengatur tentang Kebijakan Percepatan Peningkatan Nilai Tambah Batubara dan Rencana Produksi dan Pemanfaatan Mineral dan Batubara Untuk Kebutuhan Domestik.
Kedua adalah monitoring pembangunan fasilitas pengolahan pemurnian mineral atau semelter dalam negeri yang menargetkan 23 smelter dapat beroperasi di tahun 2021.
Kemudian, optimalisasi PNBP sub sektor minerba, serta pengawasan dan penilaian reklamasi pascatambang yang berbasis teknologi.
Prioritakan EBTKE
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Enegeri (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan Kementerian ESDM tahun ini akan fokus empat program prioritas subsektor EBTKE. Ini dilakukan guna mencapai target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
“Bagaimana mencapai 23 persen pada 2025 secara bertahap harus mulai dipastikan capaiannya pada tahun ini dan langkah apa yang akan kita ambil ke depan,” kata dia.
Program pertama adalah keberlangsungan mandatori B30 dengan mewajibkan pencampuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen bahan bakar minyak (BBM) jenis solar.
“Kita sedang menyiapkan pemanfaatan biofuelnya,” jelas Dadan.
Dadan mengakui penyerapan B30 pada 2020 sempat mengalami penurunan sebesar 12 persen dari alokasi yang ditetapkan 9,55 juta kiloliter menjadi 8,4 juta kiloliter.
“Kita sudah siap dari sisi produksi, logistik, dan transportasi, tapi karena pandemi COVID dari sisi konsumsi berkurang,” terangnya.
Pada 2021, penyerapan biodiesel ditargetkan mencapai 9,2 juta kiloliter. “Ini suplai dari 10 perusahaan BBN (bahan bakar nabati) dan disalurkan 20 perusahaan BBN,” ungkap Dadan.
Fokus selanjutnya, kata Dadan, adalah co-firing biomassa. Program ini merupakan metode memanfaatkan biomassa sebagai subtitusi atau pengganti batubara pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Program prioritas lainnya adalah percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Fleksibilitas lokasi lahan dan waktu yang singkat dalam pembangunan menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam mengutamakan program tersebut. “Ada PLTS atap/rooftop, PLTS terapung di waduk atau bendungan, dan PLTS skala besar,” bebernya.
Fokus keempat adalah konversi pembangkit listrik berbasis energi fosil, utamanya pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke PLT EBT yang lebih ramah lingkungan. “Ini sedang disiapkan keputusan menteri untuk mendukung hal tersebut,” ungkap Dadan.
Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas terpasang PLT EBT 905,73 MW, yang terdiri atas 196 MW dari panas bumi, 557,93 MW dari air, 138,8 MW dari surya, dan 13 MW dari bio.
Sementara, target investasi EBT pada 2021 naik menjadi 2,05 miliar dolar AS atau Rp28,9 triliun dari capaian 2020 yang 1,36 miliar dolar atau Rp19,2 triliun. “Ada sedikit ekspansi, peningkatan kualitas, jadi investasi pada 2021 targetnya lebih tinggi,” pungkas Dadan./