JAKARTA, Bisnistoday- Kondisi sekarang terlebih para pengusaha mikro sangat mengkhawatirkan akibat kebijakan pengetatan aturan kesehatan karena ancaman Pandemik Covid-19. Langkah pemerintah cukup bijak dengan membatasi pergerakan, namun tidak sedikit dari usaha mikro terhenti usahanya. Hal tersebut, diungkapkan oleh Ketua Kadin Indonesia, Eddy Ganefo pada peluncuran program Gumregah Bakti Nusantara (GBN) di Jakarta, Selasa (27/10).
“Temen sekalian, Anda perhatikan para pedagang mikro yang berjualan di sekolah SD atau TK. Mereka berdagang hanya untuk pemenuhan kebutuhan hari itu dan besok. Sejak pandemik mereka libur dan bingung. Ini contoh yang paling gampang dilihat. Bukan tidak setuju ditutup, tapi kalau dibuka juga lebih parah mengancam jiwa,” tutur Eddy Ganefo di Jakarta.
Disisi lain juga, tidak tertutup kemungkinan adanya segelitir orang yang memanfaatkan bantuan untuk kepentingan pribadi. Kalau tidak terjadi hal tersebut kemungkinan harga bantuan bisa lebih murah, atau lebih banyak juga bantuan dibagi kepada masyarakat. ”Jadi ini harus diambil langkah bijak, pemerintah sudah bijak, tetapi ada dampaknya. Tugas Gumregah disini, kesejahteraan dan berkeadilan,” tuturnya.
Eddy Ganefo berpesan, kebutuhan sandang pangan dan papan belum sesuai dengan harapan masyarakat. Untuk kebutuhan sandang saat ini dinilai sudah terlalu banyak masalah, namun selayaknya bagaimana produk sandang lokal harus dijadikan prioritas digunakan.”Gumregah pengaruhi para kaum papan atas di tanah air ini, untuk menggunakan produksi dalam negeri,” tukasnya.
Dibidang pangan, menurut Eddy Ganefo, seperti kebutuhan beras, gula daging dan lainnya harus tercukupi dan tekan impror. Vietnam mampu menjual beras seharga Rp4500 per kg, dengan memanfaatkan pupuk dari Indonesia. Sedangkan harga Beras per kg di Indonesia sekitar Rp12.000. Harga Gula Pasir sekarang Rp12.500, tetapi di Brasil harganya sekitar Rp4000 per kg. Begitupun harga daging sekarang sekitar Rp100 ribu tetapi di Australia seharga Rp 35 ribu per kg.
“Kenapa harga bahan pangan mahal, karena dibuat supaya mahal, agar bisa import. Saya tidak menyalahkan pemerintah, tetapi mafia ini harus dibasmi. Baik mafia perusahaan, atau mafia yang berbaju ASN,” tukasnya.
Menurutnya, tugas Kadin utamanya melakukan pembinaan, pendamping terutama bagi usaha kecil dan mikro. Kadin mengajak Gumregah bersama membangun bangsa yang lebih sejahtera dan berkeadilan. “Selama ini, Kadin hanya membina, kelompok yang eksklusif, konglomerat, hampir tidak pernah menyentuh usaha mikro.”
Jutaan Orang Tak Miliki Rumah
Untuk bidang papan, Eddy Ganefo mengaku hanya mengelus dada, prihatin kondisi anak bangsa. Sekarang ini, sekitar 13 juta KK atau dikalikan empat kali saja, orang yang belum punya rumah sendiri sekitar 52 juta orang. “Mereka tinggal dimana saja, rumah orang tua, mertua, kost,sewa, masjid, sekolah-sekolah, bahkan di emperean jalan.”
Ini wajar saja, tabah Eddy, karena kemampuan pengembang hanya sekitar 250 ribu unit rumah terbangun, ditambah penyediaan lainnya sekitar 400 unit rumah mampu dibangun. Apabila dikaitkan dengan angka kelahiran, kebutuhan per tahun sekitar 800 ribu rumah. “Backlog ini terus terjadi, dan mayoritas mereka adalah rakyat kecil ditengah kondisi lahan yang begitu luas di Indonesia,” tuturnya.
Ditengah kondisi ini, malah dalam aturan baru sekarang warga negara asing malah diperbolehkan menempati rumah dengan status HGB. Pahadal HGB itu untuk rumah vertical artinya hampir sama dengan hak milik. “Ini akan mendorong pengembang asing khususnya di perbatasan membangun banyak hunian vertikal, sehingga membuka peluang batas antara negara terus bergeser,” tuturnya.//