JAKARTA, Bisnistoday – CV Robinson, yang diwakili oleh kuasa hukumnya Prof. Dr. Henry Indraguna, SH.MH, mengungkapkan adanya dugaan bahwa PT Bank NTT tidak menandatangani akad kredit kepada petani, yang menyebabkan kerugian Rp8 miliar bagi kliennya. Kasus ini berawal dari perjanjian kerjasama pada 24 Januari 2023, terkait fasilitas kredit ekosistem pertanian di Kabupaten Sumba Barat Daya.
“CV Robinson telah menyediakan sarana produksi pertanian (saprodi) untuk 1000 petani, hanya 712 petani yang menerima bantuan. Sementara 288 petani lainnya belum menerima saprodi yang sudah disiapkan, yang diduga disebabkan oleh kelalaian Bank NTT dalam melaksanakan akad kredit kepada para petani,” ungkap Prof. Henry Indraguna, dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (9/2/2025).
Penyebab utama ketidakmampuan menyalurkan saprodi lengkap ini diduga karena Bank NTT Cabang Waitabula tidak memenuhi kewajibannya untuk menandatangani akad kredit dengan petani. Padahal, bank telah menyatakan persetujuan untuk melaksanakan akad kredit dan bahkan menerima uang jaminan sebesar Rp1 miliar, yang selama satu tahun disimpan tanpa ada kejelasan tindak lanjut.
“Akibat ketidakjelasan ini, CV Robinson mengalami kerugian material yang besar, mencapai Rp8,2 miliar. Kerugian ini datang setelah bank gagal menyalurkan dana yang seharusnya dapat mendukung usaha para petani di Sumba Barat Daya,” terang Prof. Henry.
Pada 26 November 2024, CV Robinson mengambil langkah hukum dengan menggugat Bank NTT Cabang Waitabula ke Pengadilan Negeri Waikabubak. Gugatan ini mencakup permintaan penyelesaian atas kerugian yang dialami serta permintaan agar pihak bank bertanggung jawab atas kelalaian mereka.
Saat ini, proses hukum masih berlangsung dan tahap mediasi lanjutan telah dijadwalkan pada 27 Februari 2025. Prof. Henry menekankan pentingnya kehadiran langsung dari pihak bank dalam mediasi tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.
Selain itu, Prof. Henry menekankan pentingnya itikad baik dari Bank NTT dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sebab, investor seperti CV Robinson sangat berharap untuk terus berinvestasi di Sumba Barat Daya, namun ketidakpastian ini dapat menurunkan kepercayaan mereka untuk berinvestasi di masa depan.
Jika permasalahan ini tidak segera diselesaikan, dapat berisiko menghalangi potensi investasi di daerah Sumba Barat Daya. Kerugian yang dialami CV Robinson bukanlah hal sepele, dan harus menjadi perhatian serius untuk menjaga iklim investasi di daerah tersebut.