JAKARTA, Bisnistoday – seiring dengan membaiknya persepsi investor terhadap perbaikan ekonomi global maupun nasional Indonesia, minat pembelian Sertipikat Berharga Negara (SBN) kembali melonjak. Hal tersebut diungkapkan oleh Rully Arya Wisnubroto, Analis Senior Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menanggapi penawaran lelang SBN, kemarin.
Rully mengutarakan, total penawaran yang dimenangkan pada lelang kemarin mencapai Rp32,0 triliun, melampaui target pemerintah sebesar Rp27,0 triliun. Total penawaran masuk (incoming bids) mencapai rekor tertinggi Rp162,3 triliun, menegaskan tingginya minat terhadap Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
“Permintaan ini didukung oleh pelemahan dolar AS, kondisi likuiditas global yang lebih longgar, serta ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan AS. Kepemilikan SBN oleh investor global maupun domestik telah meningkat signifikan sepanjang tahun ini,” tutur Rully di Jakarta, Kamis (14/8).
Dia menguraikan, per 8 Juli 2025, kepemilikan SBN oleh perbankan mencapai Rp1.315,2 triliun, naik Rp21,4 triliun secara month-to-date dan Rp263,8 triliun secara year-to-date. Pada saat yang sama, kepemilikan Bank Indonesia (BI) turun tajam sebesar Rp134,8 triliun sejak Juni, menjadi Rp1.543,3 triliun.
Menurutnya, permintaan investor asing juga tetap kuat, dengan kepemilikan mencapai Rp936,1 triliun (14,6% dari total beredar), sejalan dengan minat berkelanjutan terhadap obligasi pemerintah negara berkembang di tengah tren pelonggaran kebijakan moneter global.
Kurangi intervensi Pasar
Seiring tingginya permintaan investor, lanjut Rully, memungkinkan BI secara bertahap melakukan normalisasi intervensi pasar dan mengurangi kepemilikan SBN-nya. Risiko fiskal-moneter di Indonesia telah menurun signifikan dalam beberapa bulan terakhir, didukung oleh membaiknya likuiditas sistem keuangan domestik. “Perbaikan ini terutama dipicu oleh pelemahan dolar AS dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS.”
Rully menambahkan, dalam jangka pendek, arah pasar akan dipengaruhi oleh rilis data ekonomi AS ke depan, yang dapat memengaruhi ekspektasi terkait kecepatan dan skala pemotongan suku bunga The Fed di masa depan. Sedangkan, Inflasi AS (CPI) pada bulan Juli tercatat 2,7% year-on-year, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 2,8%, sedangkan inflasi inti (core CPI) sebesar 3,1% year-on-year, sedikit lebih tinggi dibanding konsensus 3,0%.
“Ekspektasi penurunan suku bunga kebijakan sebesar 25 bps pada bulan September melonjak menjadi 93,4%. Menurut kami, hal ini akan mendorong sentimen bullish pada Rupiah dan SBN hari ini.”/




