JAKARTA, Bisnistoday — Sektor industri nasional terus menunjukkan taringnya. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengumumkan, dalam setahun terakhir Indonesia menambah sembilan kawasan industri baru di berbagai daerah. Langkah ini menjadi bukti kuat bahwa kepercayaan investor terhadap prospek manufaktur Tanah Air terus meningkat.
“Pertumbuhan kawasan industri adalah bukti nyata bahwa Indonesia masih menjadi destinasi utama investasi sektor manufaktur di Asia,” ujar Menperin Agus di Jakarta, Selasa (21/10).
Kesembilan kawasan industri tersebut meliputi:
- IPIP Sulawesi Tengah
- I-Sentra Jawa Timur
- Huadi Bantaeng Industrial Park Sulawesi Selatan
- Kawasan Industri Cikembar II Jawa Barat
- Kawasan Industri Losarang Jawa Barat
- Purwakarta Integrated Industrial Park Jawa Barat
- Kawasan Industri Pulau Penebang Kalimantan Barat
- Kawasan Industri Seafer Jawa Tengah
- Kawasan Industri Tembesi Kalimantan Barat
Tambahan kawasan ini memperluas lahan industri nasional sebesar 4.468 hektare (naik 4,81%), dengan pertumbuhan tenant 132 perusahaan baru. Tak hanya itu, investasi melonjak hingga Rp571,58 triliun (naik 9,26%) dan menyerap 310 ribu tenaga kerja baru, tumbuh 15% dibanding tahun sebelumnya.
Kemenperin juga terus memperluas pasar ekspor melalui kerja sama internasional. Tahun 2025 menjadi momentum penting karena Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, serta menandatangani Indonesia–Canada CEP dan Indonesia–Peru CEP.
“Kerja sama ini akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global dan membuka peluang ekspor baru,” tegas Agus.
Industri Padat Karya dan Insentif Fiskal
Untuk meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah, pemerintah meluncurkan Kredit Industri Padat Karya (KIPK) dengan plafon hingga Rp10 miliar, bunga subsidi 5%, dan tenor 8 tahun. Hingga Oktober 2025, tercatat 13 lembaga penyalur dengan total plafon Rp754 miliar bagi 357 debitur.
Tak hanya itu, berbagai insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan investment allowance berhasil mendorong total investasi industri hingga Rp827,8 triliun, tumbuh 6,44% dibanding periode sebelumnya.
Pemerintah juga memperketat perlindungan terhadap industri dalam negeri melalui kebijakan trade remedies, termasuk penerapan BMTP terhadap 5 produk impor dan BMAD terhadap 7 produk impor. “Langkah ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pasar dan keberlanjutan industri nasional,” kata Menperin.
Dalam hal inovasi dan keberlanjutan, terdapat 5.113 Standar Nasional Indonesia (SNI) aktif di sektor industri, dengan tambahan 88 rancangan standar baru dan 72 Standar Industri Hijau (SIH). Upaya ini berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 7,2 juta ton CO₂e pada 2024.
Transformasi digital juga melaju pesat: 100 perusahaan menyandang predikat Champion INDI 4.0, 29 perusahaanberstatus National Lighthouse, dan 2 perusahaan telah mencapai Global Lighthouse.
Dalam bidang SDM, Kemenperin mencatat 4.595 lulusan SMK industri dan 2.644 lulusan politeknik, serta 2.587 peserta pelatihan vokasi. Sebanyak 713 orang telah meraih sertifikasi kompetensi internasional. Program kelas internasional dan magang luar negeri di Jepang dan Tiongkok juga diperluas untuk menyiapkan tenaga kerja siap global.
“Industri tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional. Semua capaian ini adalah hasil kerja keras bersama antara pemerintah, dunia usaha, dan seluruh pemangku kepentingan industri,” pungkas Agus optimistis./




