JAKARTA, Bisnistoday- Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang telah melakukan transformasi dengan digitalisasi relatif bisa bertahandan kuat menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Beberapa survei yang kami lakukan menunjukkan UMKM yang melakukan transformasi dengan digitalisasi relatif bisa resilience,” kata Direktur Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Bandoe Widiarto dalam acara Pelatihan Wartawan Ekonomi Nasional di Jakarta, Jumat (26/3).
Ia menyebutkan dari hasil survei menunjukkan sebanyak 12,5 persen atau 370 UMKM yang melakukan digitalisasi tidak terdampak pandemi. Sedangkan 87,5 persen atau 2.600 UMKM yang tidak melakukan transformasi digital terdampak pandemi Covid-19.
Baca juga : 350 Pelaku UMKM Telah Tergabung dalam Ekosistem Digital BRI
Bandoe melanjutkan, dari 370 UMKM yang melakukan transformasi digital, sebanyak 27,6 persen di antaranya justru mengalami peningkatan penjualan di tengah pandemi, sedangkan pendapatan dari 72,4 persen sisanya cukup stabil.”Sebanyak 27,6 persen UMKM penjualannya yang meningkat adalah mereka yang bisa melakukan strategi pemasaran secara online,” ujarnya.
Dari hasil survei tersebut, Bandoe mengatakan pemerintah bersama BI dan pemerintah daerah terus mendorong program digitalisasi pada UMKM untuk menjaga ketahanannya, sehingga mampu menjadi pendukung pemulihan ekonomi. “Program digitalisasi UMKM didorong karena dari data ini mereka yang melakukan transformasi ini bisa survive,” tegasnya.
Kunci Pemulihan Ekonomi
Dalam kesematan sama, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Fitria Irmi Triswati mengatakan, BI terus mendorong UMKM untuk menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia mempunyai tantangan, sementara kita lihat bahwa UMKM ini menjadi kunci pemulihan ekonomi dan keuangan digital,” kata dia.
Fitria menyebut 99,9 persen usaha di Indonesia adalah UMKM dengan rincian 98,8 persen berskala mikro atau ultra mikro, 1,22 persen berskala kecil, 0,09 persen berskala menengah, dan 0,01 persen berskala besar.
Menurutnya, UMKM menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia karena selama ini telah mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang besar dan berkontribusi maksimal terhadap produk domestik bruto (PDB).
Meski demikian, menurutnya UMKM masih perlu didorong untuk dapat terakselerasi secara digital dalam rangka memperkuat ketahanannya sehingga semakin mampu menjadi pendorong ekonomi.
Menurutnya, digitalisasi UMKM harus dilakukan untuk mengurangi potensi risiko dari pembayaran tunai seperti adanya tendensi tercampurnya uang pribadi dan usaha, tidak tercatatnya pembayaran, serta tendensi menerima uang palsu.
Kemudian pembayaran tunai juga membuat pelaku UMKM harus meluangkan waktu untuk rekonsiliasi setiap hari, tendensi uang kas hilang, harus mencari uang pecahan kecil untuk kembalian, memperoleh pinjaman lebih mahal, serta kendala masuk ke digital.
“Ini menyebabkan pemerintah melakukan program-program pemulihan ekonomi nasional melalui QRIS,” tandasnya./