TANGSEL, Bisnistoday – Arsitek sekaligus Pendiri Atelier Riri, Novriansyah Yakub, mengutarakan bahwa konsep bangunan hijau telah diterapkan lewat dua pilar sustainability dalam arsitektur hijau. Pertama, arsitektur hijau mengupayakan fungsi pasif bangunan yang dihasilkan dari desain dan struktur bangunan. Pilar kedua, arsitektur hijau mengupayakan fungsi bangunan yang aktif meningkatkan kualitas pengelolaan berbagai aspek bangunan.
“Fungsi pasif maupun aktif dari bangunan, keduanya didasari pada tiga aspek. Pertama, aspek sosial yang mencakup kecocokan selera dan kepuasan pengguna atau penghuni bangunan. Aspek kedua adalah budget,” ungkap Riri.
Riri menyampaikan, saat diskusi bertajuk “Healthy Living with Green Architecture” yang diinisiasi oleh Semen Merah Putih, di Bilangan Bintaro, Tangsel.
“Aspek ini mewakili optimalisasi biaya mulai dari saat pembangunan, penggunaan hingga perawatannya. Terakhir, aspek environment atau lingkungan. Aspek ini mengacu kepada menjaga dan memelihara keseimbangan lingkungan, khususnya pada iklim tropis seperti di Indonesia,” jelas Riri.
Riri menerapkan fungsi pasif bangunan yang berfokus pada desain bangunan yang harmonis dengan alam. Desain ini tidak hanya mempertimbangkan aspek estetika, namun juga memperhatikan faktor-faktor seperti pencahayaan alami, ventilasi, dan pemilihan material yang ramah lingkungan. Dengan demikian, bangunan tidak hanya nyaman ditempati, tetapi juga minim dampak terhadap lingkungan.
Selanjutnya, Atelier Riri menawarkan solusi melalui fungsi aktif bangunan yang menggunakan teknologi dan sistem modern untuk mengontrol lingkungan dalam bangunan, baik untuk pencahayaan, pemanasan, pendinginan, maupun ventilasi. Desain ini biasanya mengintegrasikan perangkat yang secara aktif memantau dan mengatur penggunaan energi untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi.
Proyek Kiri House 2.2
Riri mengungkapkan, bahwa proyek Kiri House 2.2 yang diinisiasinya adalah pengembangan dari Kiri House 1.0 dengan bekerja sama dengan Semen Merah Putih dalam menerapkan arsitektur hijau secara menyeluruh. Proyek ini menghadirkan desain yang lebih adaptif terhadap iklim tropis Indonesia dengan penambahan fungsi ruang dan perbaikan proteksi bangunan.
“Kiri House 2.2 dirancang dengan ruang yang kompak untuk menciptakan gaya hidup praktis namun tetap estetis. Bentuknya simpel dengan geometri empat sisi, dan setiap ruangan dirancang fungsional untuk menciptakan integrasi ruang yang optimal,” lanjut Riri.
Riri juga menyoroti tantangan utama dalam mendesain Kiri House 2.2, yakni iklim tropis dengan kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Ia menyatakan bahwa pada fase awal Kiri House 1.0, masalah dinding lembab menjadi tantangan besar, namun hal ini diatasi melalui inovasi dalam penggunaan material kedap air dan insulasi pada Kiri House 2.2.
“Pemilihan material tahan air, seperti Semen Merah Putih Watershield, sangat penting untuk menjaga kenyamanan dan kesehatan penghuni,” jelas Riri.//