JAKARTA, Bisnistoday – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan Selasa (06/08) ditutup menguat.
Penguatan IHSG dipimpin oleh saham- saham sektor infrastruktur. IHSG ditutup menguat 69,56 poin ke posisi 7.129,20. Sementara indeks LQ45 naik 8,47 poin ke posisi 899,18.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menyebut, IHSG dan bursa regional Asia rebound dari sebelumnya mengalami koreksi yang dalam.
Rebound tersebut tampaknya dipengaruhi oleh perkembangan seputar spekulasi pasar sehubungan dengan The Fed yang kemungkinan besar akan segera melakukan pemangkasan suku bunga akibat perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Sikap pasar tersebut dilatarbelakangi dari pernyataan Presiden The Fed San Francisco Mary Daly yang mengatakan bahwa The Fed terbuka untuk memangkas suku bunga acuan apabila perlu, dan menekankan perlunya pendekatan proaktif terhadap kebijakan, tentunya hal tersebut suatu harapan bagi pasar, sebagai upaya The Fed untuk menghindari kemungkinan resesi AS.
Di sisi lain, kecemasan perang di Timur Tengah sedikit menurun, yang mana pasar memiliki pandangan adanya upaya dari negara-negara tersebut untuk menahan konflik yang meluas.
Pandangan tersebut didasarkan oleh sikap pemerintah Iran yang menghindari konflik semakin meluas, yang merujuk pernyataan juru bicara kementerian luar negeri Iran, bahwa Iran tidak ingin meningkatkan ketegangan regional, namun, Iran meyakini perlunya menghukum Israel untuk mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi berada pada level 5,05 persen year on year (yoy) pada kuartal II 2024, atau lebih tinggi dibandingkan ekspektasi yang hanya sebesar 5 persen (yoy), yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang solid, sehingga memberikan katalis positif dan meningkatkan kepercayaan pelaku pasar.
Hal tersebut juga memberikan indikasi bahwa ekonomi dalam negeri tetap kuat dan resilien didukung oleh kuatnya permintaan domestik, konsumsi, dan investasi di tengah pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan masih dibayangi terkontraksi.
Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sembilan sektor menguat yaitu dipimpin sektor infrastruktur sebesar 1,61 persen, diikuti oleh sektor energi dan sektor barang konsumen non primer yang masing-masing naik sebesar 1,28 persen dan 1,13 persen.
Sedangkan, dua sektor turun yaitu sektor industri turun paling dalam minus 0,06 persen, diikuti oleh sektor teknologi yang turun sebesar 0,06 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu DART, HELI, BSBK, MSKY dan KPIG. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni AIMS, MREI, GOLD, SONA dan ERTX.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 936.887 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 12,89 miliar lembar saham senilai Rp9,13 triliun. Sebanyak 370 saham naik 208 saham menurun, dan 206 tidak bergerak nilainya.
Baca juga:Pelaku Pasar Tunggu Sinyal The Fed, IHSG Menguat
Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei menguat 3,217,09 poin atau 10,23 persen ke 34,675,50, indeks Hang Seng melemah 51,01 poin atau 0,31 persen ke 16.647,33, indeks Shanghai menguat 6,58 poin atau 0,23 persen ke 2.867,28, dan indeks Strait Times melemah 45,22 poin atau 1,39 persen ke 3.198,43.
Rupiah Menguat
Di pasar uang, kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 24 poin menjadi Rp16.165 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.189 per dolar AS.
“Kinerja mata uang rupiah terdorong menguat imbas lemahnya kinerja mata uang dolar AS pasca munculnya kekhawatiran bahwa AS akan jatuh ke dalam resesi kembali terjadi menyusul lemahnya data ekonomi terbaru,” kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva seperti dikutif Antara.
Amerika Serikat kini menghadapi ancaman resesi yang semakin menguat, dengan kekhawatiran pasar mengenai potensi pelonggaran kebijakan moneter oleh Federal Reserve (Fed) yang mungkin akan memperburuk kondisi ekonomi.
Sentimen pasar saat ini mencerminkan ketidakpastian mengenai apakah kebijakan Fed yang lebih longgar akan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa memicu kondisi “hard landing” yang parah.
Hard landing merujuk pada penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi yang sering kali diikuti oleh resesi mendalam dan berkepanjangan, sebuah skenario yang saat ini menjadi kekhawatiran utama di kalangan pelaku pasar.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa tergelincir ke level Rp16.183 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.154 per dolar AS./