JAKARTA, Bisnistoday – Sampai sekarang, masih terlihat tingginya fluktuasi pasar saham di Amerika Serikat (AS). Hal ini dipengaruhi oleh ketidakjelasan mengenai perang dagang dan tanda-tanda perlambatan ekonomi di negeri Paman Sam ini.
Volatilitas yang tinggi juga terjadi di AS, dimana dalam beberapa hari terakhir Dow Jones dan S&P500 mengalami perubahan harian di atas 1%. Kemarin Dow Jones dan S&P500 menguat, masing-masing 1,2%, ditutup di 43.024,2 dan 5.846,2.
“Setelah memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap Meksiko dan Kanada, Trump menunda pemberlakuan tarif untuk 3 produsen otomotif besar (Ford, General Motors, dan Stellantis). Perkembangan ini mendorong penguatan harga-harga saham di AS dan kemungkinan akan berdampak positif terhadap pergerakan pasar hari ini,” ungkap Tim Riset Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, di Jakarta, Kamis (6/3).
Semetara, lanjut Rully, situasi pasar saham Indonesia, masih sulit juga melihat prospek ke depan alias gelap ditengah membangkitkan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi masih rendah. Suku bunga masih tetap bertahan tinggi.
“Meski Bank Indoesia (BI), menurut kami melakukan suatu langkah yang cukup berani di bulan Januari lalu, namun masih cenderung ragu pada bulan Februari,” urai Rully. Beberapa perkembangan lainnya cenderung membuat kekhawatiran pasar, termasuk efisiensi anggaran negara yang kemungkinan akan dilanjutkan ke tahun 2026.
Dalam beberapa hari terakhir, lajut Rully, volatilitas pasar di Indonesia tercatat sangat tinggi. Perubahan harian sejak pekan lalu mencapai 2% hingga 4%. Pada penutupan perdagangan Rabu (5/3) kemarin, IHSG menguat 2,4%, dan diakhir perdagangan pada level 6.531,4 atau masih -7,7% (year to date/YTD). /