JAKARTA, Bisnistoday – Pegiat lingkugan yang tergabung dalam Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mendesak pemerintah segera menyelidiki dan mengambil tindakan tegas terhadap percemaran lingkungan di area pantai Pulau Pari, Kepulauan Seribu.
“Sampai sekarang, masih ada tumpahan minyaknya. Meski sudah dibersikan, pagi hari terus ada lagi. Pemerintah harus turun tangan, agar tidak meluas.”
Dwi Sawung
“Sampai sekarang, masih ada tumpahan minyaknya. Meski sudah dibersikan, pagi hari terus ada lagi. Pemerintah harus turun tangan, agar tidak meluas,” ungkap Manager Kampanye Perkotaan dan Energi, Walhi, Dwi Sawung di Jakarta, Jumat (14/8).
Dwi menduga sumber pencermaran lingkungan akibat ceceran minyak mentah ini berasal dari aktifitas sumur. Demikian pula, bisa terjadi munculnya ceceran minyak mentah ini karena kebocoran pipa transportasi. “Entah sumur yang bocor, atau pipa transportasinya,” papar Dwi Sawung.
Terkait hal tersebut, Dwi Sawung mengakui pihak pengelola sumur atau aktifitas ekploitasi miga ini belum mengajak dialog denganya. Sedangkah, Walhi sendiri belum menelisik lebih jauh dengan penggunaan satelit untuk mencari sumber pencemaran.“Kami harapkan 2-3 hari ada keterangan, kalau tidak Walhi desak pemerintah, turun lagi ke jalan,” tuturnya.
VP Relations PHE Ifki Sukarya, sebelumnya menyatakan ceceran minyak masih dalam penyelidikan dan belum diketahui sumbernya.“Saat ini kami belum mengetahui darimana ceceran minyak tersebut berasal. Kami pastikan mengerahkan seluruh anak perusahaan yaitu PHE OSES dan PHE ONWJ melakukan pengecekan di lapangan.”
Kendati begitu, Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), membantu pembersihan pantai yang dilakukan oleh Sudin Lingkungan Hidup Pemkab Kep. Seribu bersama masyarakat Pulau Pari, dengan berkoordinasi dengan KSOP Kepulauan Kepulauan Seribu.
Selain mengecek langsung, tim lapangan juga berdasarkan permintaan Sudin LH Kab. Kep. Seribu telah mengambil sampel ceceran untuk kemudian dilakukan finger print test untuk mengecek asal ceceran minyak.
Menurut Ifki, adanya dugaan masyarakat bahwa ceceran berasal dari Sumur YYA-1 yang tahun lalu pernah bocor. Dipastikan bahwa sampai saat ini sumur YYA-1 dalam kondisi aman.”Sumur YYA -1 sudah ditutup sejak September 2019, dan Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Laut telah menutup Status Darurat Penanggulangan Tumpahan Minyak Anjungan YYA -1 PHE ONWJ Juli 2020, sehingga kami pastikan sudah aman,” kata Ifki.




