www.bisnistoday.co.id
Selasa , 5 November 2024
Home HEADLINE NEWS PMI Manufaktur September 2024 Masih Kontraksi
HEADLINE NEWS

PMI Manufaktur September 2024 Masih Kontraksi

Gedung Kemenperin
GEDUNG Kementerian Perindustrian di Jakarta, belum lama ini.
Social Media

JAKARTA, Bisnistoday – Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia menunjukkan kondisi kontraksi seperti bulan sebelumnya. Tercatat per September 2024 meningkat tipis ke 49,2 dari 48,9 di bulan Agustus. Dalam rilisnya, S&P Global menyebutkan bahwa penurunan kinerja PMI utamanya menggambarkan penurunan bulanan pada output dan pesanan baru selama bulan September dan telah berjalan selama tiga bulan berturut-turut.

Kondisi ini ditanggapi oleh perusahaan dengan mengurangi aktivitas pembelian mereka, memilih menggunakan inventaris, serta menjaga biaya dan efisiensi pengoperasian dengan sangat ketat. Negara-negara yang masih berada di level ekspansi misalnya Filipina (53,7), India (56,7), dan Thailand meskipun sudah di border (50,4).

“Meskipun ada sedikit kenaikan pada PMI manufaktur bulan September, namun kondisinya masih kontraksi. Agar bisa kembali ekspansif, sektor industri membutuhkan dukungan regulasi yang tepat dari berbagai Kementerian/Lembaga, sehingga industri dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (1/10).

Kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan oleh sektor manufaktur di antaranya tindakan merevisi Permendag No. 8 Tahun 2024, Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Gas Bumi untuk Kebutuhan Domestik, dan Peraturan Menteri Keuangan terkait Bea Masuk Anti-Dumping (BMAD) ubin keramik impor dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) kain impor.

Penurunan Pesanan Global

Dikatakan, penurunan pesanan baru yang muncul sebagai hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 juga ditunjukkan oleh Indeks Kepercayaan Industri (IKI) edisi September 2024 yang baru dirilis Senin (30/9) kemarin. Penurunan pesanan baru terjadi pada subsektor Industri Pengolahan Lainnya yang IKI-nya kontraksi. Subsektor tersebut mengalami penurunan pesanan, baik di luar negeri maupun dalam negeri.

Subsektor industri lain yang juga mengalami kontraksi IKI pada pesanan baru adalah industri pengolahan tembakau, tekstil, pakaian jadi, kayu, kertas, bahan kimia, komputer dan elektronik, serta jasa reparasi. Sembilan dari 23 subsektor industri pengolahan mengalami kontraksi IKI pada variabel pesanan baru di September lalu.

“Karenanya, kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan masuknya barang ke Indonesia amat diperlukan. Saat ini kita terus berupaya menciptakan demand bagi produk dalam negeri, karena demand-nya ada namun pasar juga dibanjiri dengan produk impor,” papar Menperin.//

Arsip

BISNISTODAY – INSPIRE YOUR BUSINESS

PERTAMINA IS THE ENERGY

TAWWAFI TOUR LUNCURKAN PAKET UMROH

SOROTAN BISNISTODAY

Beritasatu Network

Related Articles

Direksi Pertamina
HEADLINE NEWS

Kementerian BUMN Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris Pertamina (Persero)

JAKARTA, Bisnistoday - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Senin (4/11/2024)...

Korupsi Kemenhub
HEADLINE NEWS

Mantan Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Tersangka Korupsi

JAKARTA, Bisnistoday – Mantan Dirjen Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan, Prasetyo Boeditjahjono ditetapkan tersangka...

Presiden Prabowo
HEADLINE NEWS

Presiden Prabowo ke Merauke, Tinjau Kawasan Sentra Produksi Pangan

MERAUKE, Bisnistoday – Pemerintah, memproyeksikan Merauke sebagai salah satu lokasi pengembangan Kawasan...

Presiden Prabowo
HEADLINE NEWS

Presiden Prabowo Janji Wujudkan Pemerintahan Yang Bersih

JAKARTA, Bisnistoday – Presiden Prabowo Subianto mengingatkan dengan tegas kepada para kabinet...